22 Desember 2009

Makna Hari Ulang tahun

Kalo kita coba renungkan, sebenarnya apa sih makna yang terkandung dalam hari ulang tahun itu?

1. Bertambahnya pengalaman hidup.

Pastinya dengan semakin bertambahnya usia kita, semakin bertambah pula pengalaman hidup kita. Pengalaman yang akan menjadi modal yang berharga untuk kehidupan di masa depan.

2. Berkurangnya jatah hidup di dunia.

Setiap manusia memiliki jatah umur masing-masing yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. semakin bertambah usia kita, berarti semakin dekat kita dengan kematian.

3. Momen untuk bersyukur.

Ideal-nya sih setiap hari bahkan setiap saat kita bersyukur. Namun kadang kita sering lupa kepada-Nya. Oleh karena itu, jadikanlah hari lahir ini sebagai momen untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Dia berikan.

4. Momen untuk muhasabah dan refleksi diri.

Yakni merenungi tantang semua yang telah kita perbuat di masa yang lalu dan berusaha untuk memperbaikinya di masa depan.

5. Momen untuk merefresh proposal hidup.

Yakni menata dan memantapkan kembali rencana hidup di masa depan, mempersiapkan diri dan memotivasi diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Sahabat, Waktu akan terus berjalan dan hari akan terus berganti. Masa lalu tak akan pernah kembali atau terulang lagi dalam hidup kita. Setiap manusia memiliki masa tersendiri dalam hidupnya. Masa kecil, masa bermain, masa sekolah, masa remaja, masa kuliah, masa berkeluarga, masa tua, dan lainnya. Jangan pernah sia-siakan waktumu. Gunakanlah waktu untuk hal-hal yang lebih berarti.

Ingatlah masa depan tak hanya sampai kita tua kelak, sampai kita masuk ke liang lahat. Masa depan adalah juga kehidupan di alam akhirat selepas kita meninggalkan dunia yg ini. Kita perlu mempersiapkan diri menghadapi kehidupan kekal tersebut, di mana kita akan mempertanggungjawabkan apa yg telah kita lakukan di dunia ini.

Bagi teman-teman yang telah, sedang, dan akan berulang tahun di bulan Desember ini, SELAMAT ULANG TAHUN ya…

Semoga Allah melimpahkan kebaikan pada sisa umur kita dalam kehidupan ini…

My Brithday............!!

Tanggal kelahiran.........
setiap oarng pasti mempunyai tanggal lahir..... dimana setiap tahunnya kita akan bertemu dengan tanggal tersebut...... dan dari sanalah awal pertambahan usia kita... tp apakah kita harus berbahagia atau sedih? jawabnya sama bahagia dan sedih.
Bahagia karena kita masih mempunyai waktu untuk berbuat kebaikan dan memperbaiki diri,akan tetapi sedih bila kita menyadari bahwa banyak waktu yang terbuang sia sia di masa yang lalu..
Hari ini tepat usia ku bertambah satu tahun,akan tetapi setelah ku merenung.... aku sangat sedih ternyata telah banyak waktu yang aku buang dengan percuma....., aku sadar di usia aku sekarang ini mungkin hanya sebagian kecil yang aku pergunakan untuk berbuat baik...., aku sangat menyesal akan tetapi aku sangat bahagia karena Tuhan masih memberikan waktu untuk aku bisa berbenah diri dan menjadi orang yang baik......!!
Ya Tuhan...... terima kasih Engkau memberikan aku waktu lagi...... !! aku berjanji untuk menjadi yang terbaik bagi diriku sendiri n keluargaku serta untuk bangsaku.......!!!
"HAPPY BRIRTHDAY"

05 Desember 2009

contoh judul PTK

Berikut adalah contoh judul-judul dalam PTK :

1. Upaya Meningkatkan Gairah Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar
2. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SD Melalui Peranan Hadiah Sebagai Perangsang Timbulnya Kompetensi
3. Upaya Meningkatkan Kedisplinan Siswa Melalui Penerapan Hukuman
4. Upaya Meminimalkan Miskonsepsi Dan Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep IPA Melalui Pembelajaran Konstruktivistik Bagi Siswa Kelas IV SD
5. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA di Sd Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses
6. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Melalui Pemberian Bimbingan Belajar
7. Peningkatan Kedisplinan Siswa Melalui Keteladanan Guru SD
8. Upaya Meningkatkan Pembelajaran Fisika Pada Sekolah SLTP Melalui Optimalisasi Kegiatan
9. Laboratorium Berbasis Cooperative Learning Sebagai Implementasi KBK
10. Peranan Bertanya Siswa SD Dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Matematika
11. Peranan Penggunaan Metode Ceramah Dan Tanya Jawab Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VI SD
12. Melalui Pembelajaran Kooperatif Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SD
13. Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Strategi Pakem Kelas IV SD
14. Upaya Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Ceramah Bervariasi Siswa Kelas V SD
15. Peningkatan Pembelajaran Matematika Di SD Melalui Penggunaan Alat Peraga Secara Efektif
16. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Melalui Pendekatan Eksploratory Discovery
17. Peranan Media Dalam Meningkatkan Ketrampilan Membaca Di Kelas Rendah
18. Upaya Menumbuhkan Bakat Dan Kreativitas Siswa kelas IV SD Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning
19. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Laboratory
20. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Di SD Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
21. Peningkatan Pembelajaran Matematika Di SD Melalui Penggunaan Alat Peraga Secara Efektif
22. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa Indonsesia SD Dengan Mengefektifkan Penggunaan Media Gambar Seri
23. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching
24. Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPA di SD Melalu Pendekatan Inkuiri
25. Upaya Meningkatakan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Konstruktivisme
26. Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran IPA dengan Metode Demonstrasi
27. Upaya Mengoptimalkan Bimbingan Konseling di SD Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Anak
28. Peranan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Minat Belajar Matematika
29. Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Lisan (Berbicara) Melalui Metode Sosiodrama
30. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Melalui Pengintegrasian Permainan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
31. Peranan Penggunaan Metode Ceramah Dan Tanya Jawab Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VI
32. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Murid Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Ditinjau
33. Dari Penggunaan Media Dan Kondisi Kelas Pada Sekolah Dasar
34. Melalui Perpustakaan Dapat Meningkatkan Belajar Bagi Siswa Di Kelas IV
35. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Keteladanan Guru SD
36. Upaya Meningkatkan Prestasi Mata Pelajaran Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Mastery Learning
37. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Melalui Pemberian Bimbingan Belajar Di SD
38. Efektivitas Penggunaan Media Gambar Seri Guna Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD
39. Meningkatkan Ketrampilan Siswa Melalui Optimalisasi Perpaduan Hands-On Dan Minds-On Menggunakan Kit IPA Dalam Pembelajaran IPA di SD
40. Upaya Mengatasi Masalah Belajar Siswa Kelas III Melalui Bimbingan Belajar di SD
41. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Dengan Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat
42. Peranan Hadiah Sebagai Perangsang Timbulnya Kompetisi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SD
43. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Murid Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Ditinjau
44. Dari Penggunaan Media Dan Kondisi Kelas Pada Sekolah Dasar
45. Peranan Metode Inkuiri Dan Alat Peraga Tiga Dimensi Dalam Peningkatan Prestasi Pembelajaran Ipa Di Kelas IV SD
46. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Di Kelas IV SD Dengan Model Pembelajaran Kostruktivisme
47. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Anak Kelas V SD Melalui Metode Inkuiri
48. Peranan Penggunaan Metode Ceramah Dan Tanya Jawab Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VI
49. Peranan Motivasi Guru Dalam Penggunaan Alat Olahraga Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa
50. Peranan Penggunaan Metode Ceramah Dan Tanya Jawab Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VI
51. Pengaruh Perilaku Anak Yang Menyimpang Terhadap Keberhasilan Proses Pembelajaran Di SD
52. Efektivitas Pembelajaran Bahasa Dengan Pendekatan Komunikatif
53. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Terpadu Siswa Kelas II
54. Peranan Kewibawaan Guru Dalam Meningkatkan Kedisplinan Kelas
55. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Ppkn Dengan Kbk Pada Siswa Kelas IV SD
56. Upaya Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai Pelajaran Muatan Lokal
57. Melalui Perpustakaan Dapat Meningkatkan Belajar Bagi Siswa Di Kelas IV
58. Peranan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Minat Belajar Matematika
59. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penggunaan MediaPengajaran (Alat Peraga)
60. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Anak Kelas V SD Melalui Metode Inkuiri
61. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IV SD Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Diskoveri-Inkuiri
62. Upaya Keaktifan Siswa Belajar IPA Kelas IV SD Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses
63. Meningkatkan Gairah Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar
64. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD melalui Penggunaan Media Gambar Seri
65. Pembelajaran Bahasa Terpadau Dapat Meningkatkan Kemampuan Berbsa Siswa SD Di Kelas 2
66. Upaya Meningkatkan Motivasi Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V
67. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Melalui Metode Quantum Teaching
68. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Pemberian Penguatan
69. Upaya Meningkatkan Daya Kreativitas Pada Anak Sd Melalui Metode Pemberian Tugas
70. Upaya Meningkatkan Ketrampilan Menulis Lanjut Melalui Media Gambar
71. Upaya Menimbulkan Keantusiasan Siswa Dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia Di SD
72. Melalui Metode Quantum
73. Upaya Meningkatkan Penerapan Konsep Pelajaran PPKn Melalui Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
74. Upaya Menimbulkan Keantusiasan Siswa Dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia Di SD
75. Melalui Metode Quantum Teaching
76. Upaya Mengatasi Kenakalan Anak Yang Mencari Perhatian Di Kelas II SD Dengan Bimbingan Moral
77. Upaya Meningkatkan Minat Siswa Belajar Ekonomi Melalui Metode Pemberian Tugas Terstruktur Prapembelajaran
78. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Ipa Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Di SD
79. Upaya Meningkatkan Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Melalui Pendekatan Cooperative Learning
80. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD
81. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ipa Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses
82. Upaya Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Lisan Siswa Kelas V SD Menggunakan Metode Diskusi
83. Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Cara Repetitif Atau Pengulangan Dalam Pelajaran Matematika
84. Melalui Alat Peraga Gambar Untuk Meningkatkan Minat Belajar Membaca Permulaan Siswa Kelas II SD
85. Upaya Meningkatkan Belajar Mengajar Yang Efektif Dalam Pembelajaran IPA Di Kelas VI Dengan Sistem Cara Belajar Siswa Aktif
86. Upaya Meningkatkan Ketrampilan Menulis Siswa Di Kelas V SD Melalui Pembelajaran Holistik
87. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pemberian Penguatan
88. Upaya Guru Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengarang Dengan Media Gambar seri

DIarsipkan di bawah: PTK

contoh RPP kelas rendah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : …………..

Mata Pelajaran/Tema : Lingkungan.

Kelas/ semester : ……./1

Alokasi waktu : 12 x 35 menit

Standar Kompetensi

1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka (Matematika)
2. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah (IPS)
3. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran(BI)
4. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan lingkungan(IPA)
5. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat(PKn)

Kompetensi Dasar :

1. Menentukan letak bilangan pada garis bilangan (Matematika)
2. Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah(IPS)
3. Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan (BI)
4. Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan(IPA)
5. Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar(PKn)

Indikator :

IPA

* Dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat
* Dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan tidak sehat

PKn

* Dapat menyebutkan aturan yang berlaku di lingkungan sekitar

Matematika

* Menentukan letak bilangan pada garis bilangan
* Melakukan penjumlahan tiga angka

IPS dan bahasa indonesia

* Dapat menceritakan bentuk kerjasama dilingkungan tetangga
* Dapat menceritakan bentuk kerjasama dilingkungan sekolah

BI dan matematika

* Dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan garis bilangan
* Dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan penjumlahan
* Dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan pengurangan

1. PERTEMUAN 1: 2 JP

I. Tujuan pembelajaran:IPA:

* Dengan mengamati cerita siswa dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat
* Dengan mengamati cerita siswa dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan tidak sehat

PKn:

* Dengan mengamati cerita siswa dapat menyebutkan aturan yang berlaku di lingkungan sekitar

Matematika:

* Dengan mengamati cerita siswa dapat menentukan letak bilangan pada garis bilangan
* Dengan mengamati cerita siswa dapat melakukan penjumlahan tiga angka
* Dengan mengamati cerita siswa dapat melakukan penjumlahan tiga angka

IPS:

* Dengan mengamati lingkungan siswa dapat menceritakan lingkungan di sekitar rumah dengan runtut dan mudah dipahami
* Dengan mengamati lingkungan siswa dapat menceritakan lingkungan sekolah dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami

BI:

* Dengan mengamati lingkungan siswa dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan garis bilangan
* Dengan mengamati lingkungan siswa dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan penjumlahan
* Dengan mengamati lingkungan siswa dapat menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan pengurangan

I.I. Materi Ajar:IPA : Lingkungan sehat dan tidak sehat

PKn : aturan yang berlaku di lingkungan

IPS : Menceriterakan lingkungan alam dan buatan sekitar rumah dan sekolah

Matematika : garis bilangan, penjumlahan dan pengurangan

BI ; Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami
III. Metode Pembelajaran: Tugas dan penemuan

1. Langkah-langkah pembelajaran:

NO

KEGIATAN PEMBELAJARAN


PENGORGANISASIAN

SISWA


WAKTU
Kegiatan awal:Siswa diperkenalkan tema yang akan dikaji yaitu lingkungan beserta tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu setelah pembelajaran diharapkan para siswa dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat, dapat menyebutkan aturan yang berlaku di lingkungan sekitar dapat mengenal garis bilangan, dapat mengerjakan penjumlahan, dapat mengerjakan pengurangan, dapat menceritakan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah, dan dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami

Siswa diminta menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungannya

Kegiatan inti

* Siswa mendengarkan cerita yang berkaitan dengan lingkungan alam di sekitar rumah dan sekolah. Cerita dikemas ada gambaran

* lingungan yang sehat seperti selokan bersih, air lancar mengalir, udara bersih terhindar dari polusi serta berkaitan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Di sisi lain diceritakan suatu tempat yang jorok, selokan banyak timbunan sampah sehingga air tak mengalir. Sampah diambil pemulung dan ditimbang untuk di jual.
* Siswa diminta mengidentifikasi lingkungan sekat dan tidak sehat, aturan-aturan yang berlaku di masyarakat
* Siswa diminta mengerjakan tugas yang berkaitan dengan garis bilangan, penjumlahan dan pengurangan, serta mengerjakan contoh – contoh soal cerita yang berkaitan dengan kejadian dilingkunganya tentang penjumlahan dan pengurangan
* Siswa diminta melaporkan hasil kerjanya

Kegiatan akhir

Siswa diminta mengikuti pemantapan dari guru dan diberi tugas untuk menyusun cerita yang berkaitan dengan lingkungan


Klasikal

Klasikal

Kelompok

Klasikal


5 menit

10 menit

40 menit

15 menit
V. Alat/ Sumber bahan:Alat peraga : lingkungan rumah/ sekolah yang sehat dan tidak sehat

Sumber bahan: Guru dan buku paket, siswa, keluarga, lingkungan masy.
VI.PenilaianProsedur:

Tes awal: ada

Tes dalam proses: ada

Tes akhir: ada

Jenis: Tugas / penilaian kinerja dalam bentuk komunikasi lesan

Aspek kognitif:

Tugas menyusun cerita yang berkaitan dengan pengalaman yang mengesankan yang berkaitan dengan lingkungan dan aturan yang berlaku. Tugas dipresentasikan dengan memperhatikan kelancaran bahasanya, cerita mudah dipahami

Aspek afektif selama proses pembelajaran:
Nama

Aspek yang dinilai
Keingintahuan Kegigihan dalam menyelesaikan tugas Ketepatan dalam menyelesaikan tugas





1. 2. PERTEMUAN 2:…….

Dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan tema di atas.

Jepara : 10 Februari 2007.

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru kelas ……….

SD …………………….

( ………………….. ) ( ………………….. )

NIP. ……………….. NIP. ………………..

DIarsipkan di bawah: RPP

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

1. Identifikasi kasus;
merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah;
langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek :
(a) substansial – material;
(b) struktural – fungsional;
(c) behavioral; dan atau
(d) personality.
Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek :
(a) jasmani dan kesehatan;
(b) diri pribadi;
(c) hubungan sosial;
(d) ekonomi dan keuangan;
(e) karier dan pekerjaan;
(f) pendidikan dan pelajaran;
(g) agama, nilai dan moral;
(h) hubungan muda-mudi;
(i) keadaan dan hubungan keluarga; dan
(j) waktu senggang.
3. Diagnosis;
upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
(a) faktor internal;
faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
b) faktor eksternal,
seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis;
langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus - kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus);
jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up;
cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
1. Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
2. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
3. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

Sumber bacaan :
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta : IPBI
Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia

perkembangan motorik anak

motorik halus, motorik kasar, perkembangan motorik
Apa sih, yang dimaksud dengan perkembangan motorik itu? Apa pula bedanya motorik kasar dengan motorik halus?
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa ama, tergantung proses kematangan masing-masing anak.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
• berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-benda berat
• melempar bola • mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang
Usia 2-3 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit
• menendang bola
• memanjat meja atau tempat tidur
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
• berdiri dengan 1 kaki • mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan
• memegang pensil
• belajar menggunting
• mengancingkan baju
• memakai baju sendiri
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan
• menangkap bola besar
• mengendarai sepeda
• berdiri dengan 1 kaki • menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri
• membentuk benda dari plastisin
• membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur
• melompati rintangan
• melempar dan menangkap bola
• melambungkan bola • menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop
• membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• memasikkan benang ke lubang besar
Dari berbagai sumber.

22 November 2009

Kisah dua anak saudagar( Mengenai perbedaan persepsi)

Pada suatu waktu hiduplah saudagar kaya yang berbahagia, pak rahmat namanya dan mempunyai 2 orang anak laki laki yang bernama rudi dan soleh.
Pada suatu hari pak rahmat jatuh sakit parah dan bu rahmat serta 2 anaknya sangat sedih dengan keadaan tersebut, sudah banyak tabib yang di panggilnya untuk menyembuhkan penyakit yang di derita oleh pak rahmat hingga akhirnya pak rahmatpun meninggal dunia, sebelum meninggal pak rahmat mewasiatkan 2 pesan kepada kedua anaknya, pertama bila ada yang berhutang janganlah engkau tagih anakku dan pesan kedua bila keluar rumah janganlah sampai engkau terkena sinar matahari, maka setelah pak rahmat di kebumikan, kehidupan keluarga pak rahmat berjalan seperti biasa, segala pesan yang di amanahkan kepada kedua anaknya benar benar di jalankan akan tetapi terlihat perubahan yang sangat berbeda di kedua anaknya, anak yg pertama hidup bertambah makmur dan yang kedua makin miskin hidupnya, lalu pada suatu hari berkunjunglah kedua anak pak rahmat ke ibu mereka, dan ketika di tanya mengapa bs hal ini terjadi, lalu keduanya menjawab dengan bersamaan bahwa ini karena amanah yg di berikan kepada keduanya dan benar2 di jalankannya akan tetapi berbeda caranya, lalu di tanyakanlah kepada anak yg muda lebih dahulu, soleh kenapa km bs makin miskin begini, ini karena amanah yg di berikan bpk kepadaku jangan menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu maka setiap orang yg berhutang tak pernah aku menagihnya dan setiap aku keluar rumah aku selalu naik becak agar tak terkena matahari, makanya aku akhirnya bangkrut, lalu di tanyakan juga hal serupa kepada anak yg paling besar dan dia bercerita bahwa karena aku tak boleh menagih orang yang berhutang padaku maka aku tak pernah lagi memberi hutang kepada pelanggan, dan pesan kedua jangan terkena sinar matahari jika keluar rumah maka aku berangkat lebih pagi sebelum matahari muncul dan aku akan pulang ke rumah setelah matahari terbenam jd aku bs membuka tokoku lebih cepat dari toko yang lain dan lebih lama menutup tokoku karena aku menunggu matahari terbenam.

20 November 2009

kesulitan belajar "mengeja"

Mengeja merupakan kemampuan yang mempengaruhi dua hal, yaitu kemampuan menulis dan kemampuan membaca

· Membaca merupakan suatu proses untuk mengerti apa yang diperoleh si pembaca melalui petunjuk yang ditunjukkan oleh stimulus visual

· Sedangkan mengeja merupakan proses encoding (mengubah bahasa kedalam kata-kata atau simbol) dan tanpa memberikan siswa petunjuk yang berbentuk visual

· Jika seseorang memiliki kelemahan dalam melakukan proses decoding (pemahaman kata) dalam membaca maka siswa akan merasa kesulitan dalam mengeja

· Menulis (tulisan tangan) juga sangat memiliki pengaruh dalam written expression (ekspresi tertulis). Seseorang yang memiliki kelemahan dalam menulis akan memiliki gangguan dalam mengeja

· Pentingnya menulis dan mengeja, tidak dapat di pungkiri karena kedua hal tersebut sangat mendukung kemampuan siswa, dan merupakan dasar dari kesuksesan penampilan

· Meskipun ada hubungan yang signifikan antara menulis dan mengeja, tidak baik untuk menyimpulkan bahwa penulisan yang baik dapat memberi atau menyebabkan pengejaan menjadi baik pula

Spelling (mengeja)

Sangat penting bagi siswa untuk belajar mengeja kata dengan baik dan benar, untuk itu terdapat 5 alasan pentingnya mengeja :

· Mengeja merupakan keperluan sosial. Ada suatu kebiasaan dalam masyarakat, bahwa cara seseorang mengeja apa yang ditulisnya dapat menentukan atau melihat status sosial orang tersebut. Orang yang memiliki pengejaan yang baik dapat diasosiasikan bahwa Ia adalah orang yanng berpendidikan

· Pengeja yang buruk dapat menghambat ekspresinya dalam menyampaikan ide dan pendapatnya, karena mereke menghindari penggunaan kata-kata yang mereka mengerti, namun sulit untuk di ejakan

· Pengeja yang buruk banyak membuang waktu guru maupun siswa itu sendiri

· Siswa atau seseorang yang mengerti cara mengeja kata, lebih mudah untuk mencari letaknya dalam kamus

· Pengeja yang buruk menambah pelik usaha siswa dalam berkomunikasi melalui tulisan

Pengejaan yang baik merupakan kemampuan mekanis, yang bila tidak dilatih dan digunakan, maka akan mempengaruhi kemampuan mekanis lainnya.

Spelling Subskills

Terdapat 5 komponen besar dari kemampuan mengeja subskill spelling, ke 5 komponen ini yang merefleksikan tabel kurikulum:

· Readiness (Kesiapan)

· Basic words (Kata-kata dasar) : terdiri dari frekuensi penggunaan yang tinggi terkait dengan kelas dari kata tersebut

· Auditory recognition (Fonem) :sangat berkaitan dengan membaca, tetapi satu langkah dibawah aktualisasi dari kalimat yang ditunjukkan melalui fonem

· Graphemes

· Struktur analisis

Readiness Skill

Merupakan kemampuan yang penting dalam mengembangkan sikap anak untuk mampu menerima, memulai dan memberikan kepuasan dalam pembentukan spelling instruction.

5 tingkat perkembangan mengeja siswa (Henderson) :

· Preliterate word knowledge

Anak memulai pengetahuannya tentang apa kata itu….

· Letter name – spelling alphabetic

Anak mulai mengeja tiap kata

· Word pattern

Melakukan pengejaan dengan menggunakan struktur kata yang baik dan benar, sehingga dieja dengan nada yang baik

· Syllable

Menggunakan kata dengan intensitas sering

· Derivation principle

Tahap penggunaannya dalam sistem berbahasa, dengan pengejaan sesuai kaidah

Graphemes

Merupakan penggambaran dari dari fonem. Graphemes ini termasuk konsonan tunggal, pelafalan, dua dan tiga huruf, macam-macam konsonan.

Struktur analisis

Dalam struktur analisa terdapat perubahan akhiran, penekanan, pelembutan pada akhiran, awalan dan format kata.

Handwriting

- Kualitas tulisan tangan seseorang dapat dilihat dalam kegiatan menulis

- Tulisan sangat penting karena setiap hari digunakan dalam aktivitas. Contoh : kasus dikembalikannya cek, surat yang tidak sampai pada tujuannya

- Siswa sangat sulit untuk menulis dengan jelas, karena siswa tidak pernah diajarkan untuk menulis dengan baik

- Menulis dianggap sebagai kegagalan utama yang dilakukan oleh guru dalam program pengajarannya

Handwriting Subskills

- Manuscript

- Cursive

- Readiness

Readiness

Kesiapan sangat penting dalam memulai untuk menulis. Terlihat ada 6 aspek yang mempengaruhi kemampuan menulis :

- koordinasi antara mata dan tangan

- perkembangan otot pada tangan

- cara menggenggam alat tulis

- cara menggoreskan ke permukaan

- pemahaman huruf

- orientasi dalam menulis bahasa

6 dasar dari menorehkan tulisan dapat terbagi :

· garis horisontal

· garis vertikal

· lingkaran dari belakang

· lingkaran dari depan

· garis torehan kiri dan kanan

PROSEDUR ASSESSMEN

Mengetahui kurikulum dalam kemampuan pengejaan dan menulis pada murid dirasa sanagat penting dalam melihat keakuratan akan kemampuan mereka. Informasi yang diperoleh dari sum ber ini dapat dijadikan persiapan akan pengembangan kemampuan murid dalam bidang ini, mengeja dan menulis.

Analisis Kurikulum

Kurikulum mengeja dan menulis yang menunjang keberhasilan siswa di dalam kelas, harus dicantumkan dalam bagian sub-kemampuan dan tugas. Pencantuman ini dapat dijadikan sebagai acuan akan kebutuhan terhadap kemampuan mengeja dan membaca siswa. Walaupun kemampuan menulis dan mengeja sudah diajarkan dari TK hingga SD kelas 6 namun materi yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan, umur, tingkatan kelas dari siswa tersebut.

Sangatlah penting untuk mengetahui apa yang diperlukan dan apa yang tersedia bagi siswa-siswa tertentu dalam kemampuan mengeja dan menulis. Setelah melakukan survey, guru diminta untuk menrancang hasil agar siswa dapat menguasai kemampuan tersebut sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Menyusun kurikulum pada kemampuan mengeja dan menulis saja, melainkan pada tahap assessmen.

Assessmen Siswa tidak Langsung

Selain melakukan Assessmen secara langsung, kita juga akan mendapatkan tidak berhenti pada tahap survey informasi yang berharga dengan menggunakan assessmen tidak langsung. Menganalisa data yang relevan dari sumber yang tidak dapat diamati secara langsung, atau tidak dapat dilakukan assessmen secara langsung, dapat memberikan informasi yang kemudian disusun menjadi hipotesis diagnosa. Dari hasil perakapan, guru dapat mengindikasi yang dirasa sulit bagi para siswa. Memperhatikan contoh dari hasil perkerjaan harian siswa (dalam kemampuan mengeja dan membaca) dapat memberikan petunjuk mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam hal ini.

Pandangan Guru

Dari lembar pengisian kurikulum, guru dapat mengindikasi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa.

Data yang Tersedia

Data-data yang tersedia, rapor sekolah, hasil tes terbaru, catatan guru, dan hasil survei guru, sangatlah berharga karena semuanya dapat mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Contohnya nilai mingguan dalam mengeja dapat menunjukan kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam mengeja daik secara lisan maupun secara tertulis.

Penyusunan dan mengelompokan informasi yang diperoleh dapat dibuat menjadi valid melalui assessmen secara langsung.

Assessmen siswa secara langsung

Assessmen langsung, terdiri dari tiga tugas utama :

Melakukan pengamatan pada siswa didalam kelas

Memimpin wawancara siswa

Mengadministrasikan tes kepribadian, dan menginterpretasikannya

Sebelum memulai assessmen secara langsung, diagnosticians (orang yang melakukan diagnostik) dapat mengisi waktu untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data yang dikumpulkan melalui assessmen tidak langsung, sehingga dapat digunakan untuk membuat formula diagnosanya, menentukan assessmen utama, dan melakukan pengembangan rencana assessmen yang akan dilakukan.

Prosedur Persiapan

Informasi dikumpulkan melalui cara-cara informal, contoh anlisis kerja, wawancara guru, dan analisis kesalahan yang akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis diagnostiknya untuk melakukan penetapan pada proses assessmen. Melakukan analisis kesalahan pada pengambilan contoh analisis kerja harian dari ejaan dan tulisan tangan siswa dengan menyediakan kertas petunjuk dan focus untuk assessmen langsung.

Penelitian oleh Fuchs, Hamlett dan Allinder (1991), menekankan pentingnya analisis siswa, respon ejaan untuk mengembangkan instruksional program yang lebih baik. Untuk mengadakan analisis kesalahan pada ejaan, sangat membantu untuk dapat mengetahui jenis kesalahan apa yang paling sering ditimbulkan oleh siswa.

Menurut Edgington (1967), Miller (1990), Norton (1989), Polloway and Smith (1982), Spache (1941), dan Tindal and Marston (1990), terdapat beberapa kesalahan pengejaan yang sering ditemukan pada ejaan siswa. Kesalahan ejaan yang biasa muncul ditunjukkan pada tabel :

No.

Kesalahan ejaan

Dihilangkannya huruf yang tidak dibunyikan

1.

Dihilangkannya huruf yang dibunyikan

Dihilangkannya huruf yang ganda

3.

Ditambahkannya sebuah huruf

Mengubah urutan huruf dan membalikannya

5.

Penggantian fonetis pelafalan

6.

Penggantian fonetis huruf vokal

7.

Melengkapi penggantian fonetis suku kata

8.

Melengkapi penggantian fonetis kata

9.

Mengganti pelafalan nonfonetis

10.

Penggantian konsonan nonfonetis

11.

Kesalahan ejaan siswa dapat dianalisa berdasarkan jenisnya, Gable and Hendrickson (1990), merekomendasikan sebuah pendekatan untuk mengkategorikan kesalahan dalam ejaan :

Suku kata

Kelompok bunyi

Penempatan huruf

Urutan huruf

Penggunaan salah satu dari pendekatan tersebut merekomendasikan untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat menetapkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengeja yang lemah. Deno, Wirkin, and Wesson (1984) dan Tindal and Marson (1990) merekomendasikan penganalisaan kesalahan megeja pada seorang siswa dengan menggunakan metode “urutan huruf” yang mungkin lebih peka untuk pertumbuhan siswa. Deskripsi yang jelas dalam penggunaan pendekatan tersebut ditetapkan oleh Gable and Hendrickson (1990) dan Tindal and Marston (1990).

Stowitscheck and Stowitscheck (1990) memiliki matrik pengembangan analisa kesalahan tulisan tangan untuk membantu guru dalam mengidentifikasi atribut formasi huruf dan mengkomunikasikan analisa huruf kepada siswa mereka. Pada matriks mereka terdapat dari 11 masalah tulisan tangan (huruf terlalu besar, huruf terlalu kecil, huruf terlalu rapat). Dalam penambahan unuk melihat kesalahan-kesalahan pada pengelompokan huruf, penulis menganjurkan sebuah prosedur perbaikan untuk membantu siswa menganalisa kesalahan dalam tulisan tangan mereka sendiri. Hal yang penting untuk memulai assessmen langsung adalah menempatkan semua sintesis informasi untuk mengidentifikasi elemen yang bermasalah. Data, kesesuaian dengan penampilan tulisan tangan dan mengeja siswa, akan digunakan dalam pengembangan hipotesis diagnostik.

Hipotesis Diagnostik

Pendugaan, merupakan tujuan utama guru, tersampaikan melalui survei yang dilakukan oleh guru, menunjukkan prestasi Jerry yang selalu rendah pada beberapa minggu dalam tes mengeja. Dalam catatannya pun, tulisan tangannya tidak dapat terbaca. Dari contoh analisis kerja dalam mengeja, Anda mencatat banyaknya kesalahan yang terlihat karena disebabkan oleh rendahnya penguasaan terhaap huruf. Walaupun ejaan merupakan fokus utama, dari contoh analisis kerja Anda, Anda dapat menyusun hipotesis berdasarkan urutan prioritas tugas assessmen, yang utama adalah tulisan tangan, dan cara pengejaan merupakan urutan ke dua.

Assessmen tidak langsung dari hasil tulisan tangan mengizinkan klasifikasi kesalahan pada penjajaran hubungan, kemiringan, dan kualitas garis. Gambar pada halaman 283 merupakan contoh tulisan tangan Christie (7thn). Pemberitahuan tidak berpengaruh apa-apa pada tulisannya, kekurangan pada kemiringan dan formasi huruf yang salah. Analisa hasil tulisan tangan siswa menyampaikan tujuan utama dari hipotesis diagnostik untuk menyelesaikan assessmen langsung. Kedudukan hipotesis ini merupakan urutan yang penting untuk mengetahui kemajuan mengeja dan tulisan tangan siswa yang diperlukan untuk memfasilitasi perencanaan untuk assessmen langsung.

Analisa kesalahan dan pengamatan terstruksur akan memberikan petunjuk untuk membantu dalam menentukan titik yang dibutuhkan dalam assessmen langsung. Di beberapa instansi, semua itu mungkin saja penting untuk mengadakan assessmen tambahan dalam memperkuat temuan diagnostik dalam pengejaan dan tulisan tangan.

Rancangan Assessmen

Penggunaan waktu yang tepat guna dari guru dan siswa pun dibutuhkan untuk dapat mengambil putusan ketetapan saat direncanakan untuk assessmen langsung. Pengamatan di kelas untuk pengejaan akan sering terjadi selama tes ejaan berlangsung. Untuk tulisan tangan, ternyata bermanfaat untuk di amati selama perintah tulisan tangan dan di waktu lain akan mengurangi struktur tulisan. Pedoman wawancara siswa

Untuk memulai assessmen langsung pada kemampuan mengeja, rencanakan untuk menggunakan frekuensi yang tinggi dan tingkatan kata-kata yang semakin tinggi. Jika siswa dapat mengeja 50 persen atau tidak banyak yang sesuai pada tingkat yang paling tinggi, melakukan pengulangan pada level tersebut hingga siswa mampu mengeja dengan benar hingga 75 persen. Pada level ini, catat menggunakan analisa kesalahan, jenis susunan ejaan yang terlihat menjadi permasalahan pada siswa. Kevalidan hipotesis dengan mengadministrasikan tes kepada sampel untuk mengetahui pola pengejaan siswa yang manjadi permasalahan tingkatan kata yang tinggi.

Assessmen langsung pada tulisan tangan akan diawali dengan melakukan pretest. Pretest digunakan untuk memberikan sugesti pada tes personalisasi ejaan dan tulisan tangan yang terdapat pada bab ini, yang telah direkomendasikan (IIA.1 dan IIIA.1). Tes personalisasi pengejaan dan tulisan tangan disediakan sebagai contoh dan akan digunakan hanya jika mereka menyesuaikan tugas kurikuler, atau disaat guru mereka tidak memiliki waktu yang cukup atau memerlukan kemampuan untuk mengembangkan tes personalisasi siswa berdasarkan kurikulum aktual. Memilih naskah lain dari pretest kursif dasar pengetahuan Anda mengenai penempatan siswa.

Untuk siswa yang membuat transisi dari naskah menjadi kursif, kedua pretest tersebut akan diadministrasikan. Berdasarkan semua kasus yang terfokus pada tulisan tangan, dibutuhkan pengamatan langsung dari penampilan siswa. Selama pengamatan, ketelitian sangat diperlukan dalam formasi huruf, bagaimana posisi genggaman, posisi kertas, dan sikap badan.

Pengamatan Kelas

Pengamatan pada siswa harus dilakukan dikelas agar guru dapat mengindikasikan permasalahan yang muncul pada siswa yang menjadi target. Semua ini mengharuskan dilakukannya pengamatan pada kemampuan mengeja siswa selama test mengeja. Perhatian khusus harus diberikan dalam kondisi disaat siswa akan menunjukkan kemampuannya. Apakah siswa merespon waktu yang diberikan dengan baik? Apakah siswa meresponnya dengan segera? Apakah siswa telah mempersiapkan dirinya?

Pengamatan kelas sangat baik dilakukan untuk mengetahui keakuratan assessmen kesulitan menulis yang dialami siswanya. Meskipun siswa memiliki kemampuan dalam menulis huruf, “akan terlihat benar” namun dengan melakukan pengamatan yang aktual akan menemukan kesalahan susunan formasi huruf. Faktor tambahan akan berperan serta dalam keterbacaan tulisan tangan, dan mungkin tidak dapat diidentifikasi meskipun assessmen hasil penulisan siswa termasuk instrumen penulisan, bentuk, kelancaran menulis, posisi kertas saat menulis.

Mengamati siswa selama guru memberikan instruksi mengeja dan menulis akan terindikasi meskipun siswa mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru, menyelesaikan aktivitas yang menyibukkan, membuang waktu yang berharga, atau kurangnya minat terhadap tugas instruksional.

Wawancara siswa secara informal

Informasi tambahan yang berkenaan dengan variabel tersebut akan berpengaruh pada penampilan mengeja dan menulis siswa yang mungkin didapatkan melalui wawancara siswa secara informal. Pengarahan metode instruksional dalam aktivitas mengeja dan menulis yang baik mungkin akan menentukan proses wawancara yang akan dilakukan. “Mana yang lebih Anda sukai, pelajaran membaca atau pelajaran menulis?“ “Kegiatan apa yang paling sulit dalam mengeja dan menulis tangan?” “Apakah Anda sering menulis?” “Bagaimana Anda belajar mengeja kata-kata?” Disini Anda akan mencoba menemukan jika siswa memiliki strategi yang sistematis untuk belajar dan mengingat kata-kata yang tidak diketahui. Informasi yang di dapat melalui wawancara akan memberikan petunjuk tambahan diperlukannya proses verifikasi melalui assessmen langsung.

Tes

Untuk melengkapi assessmen langsung, beberapa prosedur harus dilakukan. Materi mengeja dan menulis yang digunakan di dalam kelas adalah sumber-sumber logis yang ditujukan untuk mengembangkan kesesuaian butir-butir tes. Butir-butir dari sampel tes mengeja dan menulis, pada appendiks E, yang berkaitan dengan kurikulum kelas dapat digunakan. Di beberpa instansi, butir-butir yang terpilih dari referensi kriteria instrumen lain mungkin lebih sesuai, yang dipilih untuk tugas assessmen. Faktor terpenting dalam pemilihan tugas assessmen adalah kesamaan dengan aktivitas kurikulum yang harus dilakukan siswa dalam ruang kelas.

Anjuran untuk membangun tes.

Untuk mengembangkan tes yang original yang merupakan kebutuhan dalam mengkopi cara ejaan dan tulisan siswa. Tulisan tersebut merupakan pedoman untuk guru, yang didampingi dengan buku tugas dan aktivitas kemampuan, ditambah beberapa tambahan bantuan dengan memberikan materi untuk assessmen kemampuan mengeja dan menulis. Untuk beberapa tugas spesifik dalam membaca dan menulis siswa terdapat pada kurikulum, sebuah strategi harus di desain untuk mengassess keahlian. Item tes untuk mengeja dan menulis berbanding terbalik dengan apa yang terdapat pada kurikulum. Jika sebuah daftar kurikulum yang berbeda digunakan, tugas-tugas harus dikaji ulang pada daftar tersebut. Saran ini untuk mengkonstruk tingkat penunjukkan tugas. Untuk mengassess tingkat aplikasi penugasan, minta siswa untuk menggunakan ejaan huruf untuk menulis cerita yang cerita yang terintograsi atau pilih lima huruf, kemudian minta siswa untuk mengkonstruk sebuah kalimat dengan menggunakan huruf-huruf tersebut. Untuk mengassess penggunaan strategi, minta siswa untuk mendeskripsikan. Proses yang digunakan untuk mengingat huruf secara verbal.

Mengeja : Kesiapan

Terdiri dari :

Ejaan kata dasar :

- High frequency words

- Grade level words

- Number words

- Color words

- Days of the week

- Months of the year

Mengeja : Pengenalan fonem dengan cara mendengar

- Initial consonants

- Final consonants

- Diagraphs

- Vowels

- Variant consonants

Mengeja : Graphemes

- Initial consonants

- Final consonants

- Two letter blends

- Three letter blends

- Digraphs

- Variant consonant spelling

Mengeja : huruf hidup (huruf vokal)

Vokal pendek, inisial, huruf depan dan posisi di tengah-tengah, (IVE.1).

Materi : siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang berisi huruf vokal, diantaranya pada awal dan tengah. Strategi : siswa menulis apa yang anda katakan (mendikte). Interpretasi : 100 persen akurat. Menurut Spache (1940), penggantian yang dibolehkan dalam ilmu fonetik dalam huruf hidup, vokal adalah suatu kesalahan umum yang diperlihatkan siswa.

Vokal panjang, suku kata tunggal terbuka, (IVF.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung bunyi vokal panjang pada suku kata tunggal terbuka. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menulis kata-kata tersebut. Iterpretasi : 100 persen akurat. Ejaan yang benar akan menunjukkan pemahaman siswa terhadap bunyi vokal panjang pada suku kata tunggal terbuka. Jika siswa mengalami kesulitan, ajarkan kembali bunyi vokal panjang.

CVCe Words, (IVF.2).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung pola CVCe. Strategi : Siswa menulis kata-kata berpola CVCe yang di diktekan. Interpretasi : 100 persen akurat. Siswa yang mengalami kesulitan dalam tugas ini harus mendapatkan pengajaran ulang melanjutkan generalisasi fonik : tidak membunyikan bunyi “e” pada akhir kata membuat vokal pendek menjadi panjang.

Khusus, vokal ganda yang menyatu, (IVG.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung vokal ganda yang menyatu. Strategi : Mendiktekan kata-kata, dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Kegiatan ini mungkin menjadi tugas yang sulit bagi beberapa siswa. Banyak siswa yang menghilangkan vokal yang tidak dibunyikan. Highlighting, menggunakan berbagai kata-kata sandi, atau metode lainnya yang dapat mengarahkan perhatian siswa yang mungkin dapat membantu siswa dalam penyatuan vokal ganda.

Kontrol vokal huruf-R, (IVG.2).

Materi : Menyediakan material ejaan yang sesuai dengan tingkatan kelas dalam mengeja tulisan. Mengemabngkan daftar kata-kata dimana bunyi huruf vokal dikendalikan oleh huruf “r”. Strategi : mendiktekan kata-kata, dan siswa menuliskannya. Interpretasi: 90 persen akurat. Penguasaan terhadap tugas ini adalah sebuah keutamaan yang sulit, karena memiliki perbedaan pada bunyi dan pengejaannya. Berbagai kesulitan yang dicatat harus segera di perbaiki dengan menunjukkan perbandingan visual dari kata-kata yang sulit.

Schwa, (IVG.3-.7).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas dalam mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung bunyi schwa dari tulisan yang masing-masing telah disesuaikan berdasarkan tingkatannya. Strategi : Siswa melafalkan kata-kata dan menuliskannya, mengenali bunyi schwa. Interpretasi : 80 persen akurat. Mencatat segala kesulitan yang dialami siswa dalam tugas ini dan melakukan pengajaran ulang mengenai makna dari schwa.

Variasi vokal, (IVG.8-.11).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung variasi bunyi vokal berdasarkan tingkatan tulisan yang telah disesuaikan. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Kegiatan ini merupakan tuags yang sulit bagi pengeja yang buruk. Mencatat kesulitan yang dialami siswa dan memberikan pengajaran ulang mengenai kesesuaian aturan dengan contoh .

Mengeja : Analisis Struktural

Akhiran berinfleksi, tanpa perubahan kata dasar, (VA.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata dimana akar kata tidak mengalami perubahan ketika ada penambahan “s” atau “es”. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Jika siswa kesulitan dengan tugas ini, ajarkan generalisasi fonik: bentuk jamak dari kata benda adalah dengan menambahkan bentuk “s” ke dalam kata benda; bagaimanapun, kata benda yang berakhiran “s, x, sh, dan ch” akan memiliki bentuk jamak dengan menambahkan “es”.

Akhiran berinfleksi, konsonan akhir ganda, (VA.2-.3).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mempersiapkan daftar kata-kata yang diakhiri konsonan ganda sebelum ada penambahan “er, ed, ing, atau est”. Strategi : Siswa menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Melakukan pengajaran kembali melanjutkan generalisasi untuk siswa yang mengalami kesulitan dengan tugas ini: konsonan akhir ganda sebelum menambahkan akhiran jika Anda hanya memiliki satu suku kata yang diakhiri dengan sebuah konsonan didahului oleh huruf vokal pendek.

Akhiran berinfleksi, drop final “e”, (VA.4).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang diakhiri “e” yang dihilangkan sebelum ditambahkan akhiran. Satrategi : Mendiktekan kata-kata dan Siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Ajarkan generalisasi fonik untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam tugas ini: di akhir kata dengan “e” yang tidak dibunyikan, menghilangkan “e” sebelum ditambahkan akhiran yang diawali dengan huruf vokal. Jika akhiran diawali dengan konsonan, jangan hilangkan “e”.

Mengganti “y” menjadi “i”, (VA.5).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mempersiapkan daftar kata-kata dimana “y” berubah menjadi “i” sebelum ditambahkan “e”. Strategi : Siswa menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Dimana terdapat dua generalisasi fonik untuk dapat menekankan kembali jika siswa mengalami kesulitan dalam tugas ini: (1) pada setiap kata yang diakhiri “y” yang didahului oleh konsonan “y” berubah menjadi “i” sebelum ditambahkan beberapa akhiran kecuali “ing” atau “ist”; dan (2) kata-kata yang diakhiri “y” yang didahului oleh vokal, tetap “y” dan ditambahkan akhiran.

Menghilangkan akhiran, (VB.1-.4).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas mengeja. Mengemabangkan daftar kata-kata dengan menghilangkan akhiran. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menulisaknnya. Interpretasi : 90 persen akurat. Jika empat tugas sebelumnya telah dikuasai, siswa hanya akan mengalami sedikit kesulitan dalam tugas ini.

Awalan, (VC.1-.3).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas mengeja. Mempersiapkan daftar kata-kata yang memiliki awalan sesuai dengan tingkatannya. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Siswa yang mengalami kesulitan akan diberikan pengajaran ulang mengenai awalan yang maknanya.

Tulisan tangan : kursif

Kursif pretest (IIIA1)

Material: pena atau pensil, kertas bergaris, dan satu contoh kalimat berikut untuk disalin oleh siswa “kebanyakan anak perempuan dan anak laki-laki dapat memperbaiki ritsleting dengan cepat saat ritsleting macet”. Strategi : siswa diminta untuk membuat kalimat pada penulisan yang kursif. Interpretasi : evaluasi untuk menganalisis rangkaian alur tulisan. Penampilan siswa dapat di evaluasi melalui empat area :

- formasi huruf : mengobservasi siswa dilihat dari formasi huruf dan dilihat dan catat bentuk yang dilihat sudah benar

- alignment / proporsi

- kemiringan : semua keadaan tinggi dan rendahnya kursif huruf, seharusnya berada pada 20-30 derajat kemiringan

- jarak : untuk menetapkan penggunaan jarak, ikuti petunjuk :

a. diantara huruf-huruf

b. diantara kata-kata

c. diantara kalimat-kalimat

Basic Kursif Strokes, (IIIB.1.).

Materi : Model pada Basic Kursif Stroke dari rangkaian tulisan siswa secara umum. Strategi : Menampilkan model pada Strokes, menanyakan nama siswa., bagian dan menyalin Strokes tersebut. Interpretasi : Guru mempertimbangkan secara profesional tentang bagaimana penampilan siswa disesuaikan dengan ukuran pada tingkat umum.

Kursif , Huruf kecil i, u, t, e , s, w, r, p, (IIIC.1).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam Kursif melanjutkan huruf kecil bagaimana Anda menyebutkan huruf-huruf : i, u, t, e, s, w, r, p. Interpretasi : skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil l, b, f, h, k, (IIIC.2).

Materi : pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : l, b, f, h, k. Interpretasi : skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil a, c, o, d, g, q, (IIIC.3).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : a, c, o, d, g, q. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil g, j, q, f, y, z, p, (IIIC.4).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : g, j, q, y, z, p. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa. Ketujuh huruf tersebut adalah huruf-huruf turunan.

Kursif , Huruf kecil n, m, v, x, y, z, (IIIC.5).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : n, m, v, x, y, z. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil r, b, v, w, (IIIC.6).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : r, b, v, w. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar O, C, D, E, A, (IIID.1).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : O, C, D, E, A. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar H, K, M, N, W, X, U, Y, Z, V, Q, (IIID.2).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : H, K, M, N, W, X, U, Y, Z, V, Q . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar I, J (IIID.3).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : I, J. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar T, F, S, G, B, (IIID.4).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : T, F, S, G, B . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar P, R, L, (IIID.5).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : P, R, L . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Handwriting : D’Nealian

Manuscript / cursive Lower and Huruf besar

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Strategi serupa dengan yang diusulkan pada naskah tradisional tulisan kursif yang mungkin digunakan. Kelompok-kelompok huruf yang disajikan dalam D’Nealian manual guru, harus diikuti. Interpretasi : Evaluasi mengikuti prosedur yang spesifik untuk yiap-tiap kelompok huruf dalam manual guru. (Thurber and Jordan, 1991)

Sampel item untuk tes

Item-item tes terdiri dari subskills dan daftar tugas-tugas yang terdapat pada spelling and handwriting curriculum charts. Untuk mengassess tingkatan aplikasi, meminta siswa untuk menuliskan sebuah cerita menggunakan kata-kata yang diejanya. Untuk menggunakan strategi assessmen, mintalah siswa untuk memberikan penjelasan secara verbal tentang kata-kata yang diingatnya. Akan sangat penting jika Anda mengobservasi penampilan siswa disaat sedang diadministrasikannya handwriting test.

Tekhnik Assessmen Alternatif

Bentuk format untuk mengassess kemampuan mengeja siswa adalah dengan tes mengeja dengan mendiktekannya. Tekhnik assessmen terdiri dari oral spelling, spelling in context, dan selection responding. Kemampuan menulis akan menggunakan published handwriting scale

Alternatif Pengejaan

Oral spelling adalah salah satu alternatif yang sesuai jika Anda mencemaskan koordinasi yang baik antara motorik dan visual yang bertentangan dengan penampilan mengeja siswa. Memerintahkan siswa untuk memberikan penjelasan secara verbal tentang kata-kata misspells yang telah ditulis, hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk mendeteksi kesalahan strategi dalam mengeja.

Alternatif Penulisan

Suatu tekhnik assessmen yang menghasilkan informasi yang paling bermanfaat adalah tekhnik tiga contoh dalam tiga kondisi “typical”, “best”,dan “fastest”. Dengan cara membandingkan tiga contoh tulisan dan mencatat perbedaan yang signifikan.

Mengadministrasikan Tes

Setelah membaca ketentuan tes ini sampai selesai, ajukan pertanyaan untuk tindak-lanjut, pilih kata-kata yang salah ejaannya dan meminta siswa untuk menjelaskan secara lisan bagaimana kata telah dipelajari. Alasan menggunakan strategi ini adalah untuk membantu mengidentifikasi semua ejaan yang salah dalam strategi mengajar. Untuk melaksanakan pretest, perlu salinan kalimat yang berisi semua naskah atau huruf miring. Perhatian harus difokuskan pada barisan menulis huruf, posisi kertas, menggenggam alat tulis dan posisi tubuh.

Dokumentasi kebutuhan keterampilan siswa.

Informasi yang diperoleh langsung harus diuji kebenarannya melalui penilaian langsung. Dalam beberapa kasus, mungkin ada perbedaan yang signifikan antara dua data. Ketika situasi seperti ini muncul, penilaian secara diagnostik perlu dilakukan

Inti dari kebutuhan.

Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, ketika terjadi perbedaan dalam penilaian data, penilaian tambahan harus dilakukan dalam upaya untuk menjelaskan perbedaan. Ini mungkin memerlukan penilaian berulang-ulang dalam bidang keahlian khusus untuk memverifikasi data yang diperoleh sebelumnya. Verifikasi lebih lanjut dapat diperoleh dengan mengikuti langkah-langkah yang direkomendasikan dalam penilaian ulang, pengamatan langsung, dan percakapan sehari-hari dengan guru kelas.

29 Agustus 2009

contoh proposal

Sekretariat : JL. Haji Bakrie Rt 04/04,pondok bambu,jakarta timur 02195763390/0818862904

Nomor : 01 / VI / REUNI – 91
Tanggal : … Maret 2009
Perihal : Proposal & Undangan Reuni

Kepada, Yth
Ketua Yayasan Pendidikan Budi Murni
Bpk Prof Dr Kp Tarnama Sinambela Kusumonegoro
di – Tempat

Pendahuluan

Menjadi siswa SMA Budi Murni 3 adalah membanggakan, Kenangan semasa sekolah yang penuh dinamika terukir dengan manisnya. Saat- saat SMA adalah pembentukan jati diri menjadi remaja yang penuh dengan cita-cita dan cinta.

Masa yang penuh dengan gejolak, kreativitas pengembangan kepribadian, penggalian dasar-dasar keilmuan, pemupukan persatuan dan kesatuan, penanaman kepedulian dan persiapan menuju masa depan.

Penggalian ilmu semasa SMA sudah kita kembangkan dan aplikasikan dalam karya untuk keluarga kita. Ilmu yang diberikan oleh bapak ibu guru dengan ikhlas telah mampu mengantar kita menempuh perjalanan waktu sebagai bekal berjuang dan mandiri.

Oleh karena itu sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sekaligus dalam rangka mengumpulkan teman-teman, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air guna saling melepas kangen dan transfer informasi, maka reuni Alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991 ini diselenggarakan.

Dasar Pelaksanaan

Dasar Pelaksanaan Reuni Alumni SMA Budi Murni 3 yang diselenggarakan tahun 2009 adalah :

Berawal dari acara halal bihalal di kediaman Marhani di Jl Haji Bakrie pondok Bambu pada bulan Februari 2009, tercipta suatu keinginan untuk menggadakan suatu kegiatan yang bersifat “silahturahmi” reuni alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991
Gagasan tersebut akhir nya dituangkan dalam suatu rencana kegiatan yang akan bertujuan untuk menciptakan rasa kekeluargaan diantara alumni lulusan 1991, dengan
harapan dimasa mendatang dapat lebih memperat hubungan tali persaudaraan diantara rekan-rekan alumni SMA Budi Murni 3 khususnya lulusan 1991
Tema Kegiatan

Tema Kegiatan pada Reuni Alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991 adalah
Menyatu dalam kenangan dan Memberi arti untuk masa datang.

Maksud dan Tujuan

• Melepas kangen diantara teman-teman dan sekaligus sebagai forum memperkenalkan keluarganya (Suami, Isteri dan Anak)
• Menciptakan rasa kekeluargaan antara alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991
• Perlunya dibangun jalinan kerja sama (networking) antar alumni dan segenap anggota Ke-luarga Besar Alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991

• Memberdayakan potensi Keluarga Besar Alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991 dalam suatu organisasi yang terintegrasi dan bersinergi.
• Meningkatkan kepedulian alumni terhadap kondisi sosial masyarakat
• Memberikan tali asih kepada para guru khususnya yang dahulu mengajar kita.
• Membahas beberapa agenda ke depan.

Peserta

Acara ini akan dihadiri oleh para alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991 beserta keluarga, guru-guru SMA Budi Murni 3 baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/tanggal : Minggu , 7 Juni 2009
Pukul : 10.00 - selesai
Tempat : Anjungan Toraja Sulawesi selatan ,Taman Mini Indonesia Indah

Rencana kegiatan

Rencana kegiatan Reuni sebagaimana lampiran….

Susunan Panitia

Susunan Panitia kegiatan Reuni sebagaimana lampiran…..

Rencana Anggaran

Anggaran Reuni sejumlan Rp. ……………………….. Dengan rincian sebagaimana lampiran…..

Perolehan Dana Penyelenggaraan

Sumber perolehan biaya penyelenggaraan ini merupakan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak-pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan ini, yaitu anatara lain :


1. Kontribusl alumni 250 X Rp150.000,- = Rp 37.500.000,00
2. Donatur alumni = Rp ...............................................

Penutup

Proposal sederhana ini disampaikan untuk memberikan gambaran umum tentang penyelenggaraan Acara Reuni Alumni SMA Budi Murni 3 Lulusan 1991dengan harapan mendapatkan tanggapan positif dari segenap Alumni, Donator dan Simpatisan.

Melalui reuni ini, diharapkan akan menjadi jembatan emas terwujudnya persaudaraan dalam bentuk solidaritas, kepedulian dan kasih sayang sesama alumni tahun 1991 SMA Budi Murni 3 di masa mendatang.

Semoga usaha kita mendapat kemudahan dan diridhoi Allah SWT. Amin.


Jakarta 23 Maret 2009

Panitia Reuni Alumni SMA Budi Murni 3 Angkatan ’91


Ketua





(KARTIKA LILI)

























Lampiran :

Rencana kegiatan

Selain apa yang telah menjadi tujuan, juga ada beberapa kegiatan tambahan yang akan dilaksanakan antara lain yaitu :

• Menyusun data base alumni.
• Merencanakan pembentukan wadah (organisasi) alumni.

Hasil Yang Diharapkan

Reuni ini diharapkan menghasilkan beberapa hal, antara lain:

• Tersusunnya data base alumni.
• Terbentuknya wadah alumni.
• Dapat ditetapkannya kurun waktu untuk reuni yang akan datang.
• Terumuskannya beberapa rencana program kerja ke depan.


































Lampiran :

Susunan Panitia

PEMBINA Bpk H Narawi ( Guru agama BM3)
Bpk Ridwan ( Guru BM3 )

KETUA I KARTIKA LILI
II YOSE HENDRIK (bule)


SEKRETARIS I HENNY NURWANTI
ll WAHYU ASIH


BENDAHARA I SUDARMI (Menyenk)
II SILVANA
III RATNA (gea)


HUMAS & KOORDINATOR KENNEDY
WILAYAH IMAN
SABAR

ACARA & HIBURAN SHINTA LESTARI
BUDI KODIL
MARYONO

DOKUMENTASI SOFYAN
SANTOSO
ANDI ANWAR

KONSUMSI MARHANI
SRI DARWATI
IDA

PERLENGKAPAN MAHENDRI
ERLAN
HASIM
M. NUH

KEAMANAN JOKO P
ROMEL
NUR HASAN
H. IJIN






Lampiran :

Rencana Anggaran

Untuk menunjang kegiatan tersebut di atas, rencana dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp ........................................................

Gedung + konsumsi Rp. 18.150.000
Publikasi Rp. 2.000.000
Entertaint Rp. 3.000.000
Dokumentasi Rp. 3.000.000
Souvenir peserta Rp. 5.000.000
Souvenir Guru Rp. 2.000.000
Seragam Panitia Rp. 1.050.000
Cetak Undangan Rp. 300.000
Lain lain Rp. 3.000.000
Total Jumlah Rp. 37.500.000

( Tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Estimasi Maximal : +250 orang dari Alumni BM 3 Angkatan ’91 +400 orang

Penjelasan :
Rencana Anggaran ini disusun dengan asumsi bahwa respon teman-¬teman akan tinggi, sehinqga konsumsi akan disediakan sebanyak 300 orang dengan perhitungan akan dihadiri sekitar 250 alumni sesuai dengan data yang disampaikan oleh masing-masing koordinator wilayah dan dari 400 alumni diharapkan mengajak suami/isteri dan maksimal dua anak.

Tool Desain

Tool Desain

26 Agustus 2009

Contoh TEMA TEMA Semester I untuk PAUD

TEMA : AKU ( 3 Minggu )
1. Identitas diri
2. nama sendiri
3. laki laki & perempuan
4. Ciri laki laki
5. Ciri Perempuan
6. Anggota tubuhku
7. Kegunaan anggota tubuhku
8. Anggota keluarga
9. Nama anggota keluarga
10. Jumlah keluargaku
11. Panca indra
12. Mata dan hidung
13. Kegunaan mata dan hidung
14. Telinga dan mulut
15. Kegunaan telinga dan mulut
TEMA : LINGKUNGANKU ( 4 Minggu )
1. Macam macam rumah
2. Rumah adat daerah
3. Rumahku
4. Bagian dari rumah
5. Atap & lantai
6. Macam atap rumah
7. Macam lantai rumah
8. Halaman rumahku
9. Macam macam pagar
10. Guna pagar rumah
11. Guna kamar tidur
12. Guna dapur
13. Guna kamar mandi
14. Guna gudang di rumah
15. Sekolahku
16. Nama teman sekelasku
17. Bagian dari sekolahku
18. Ruang kelas
19. Ruang guru
20. Ruang bermain
TEMA : KEBUTUHANKU ( 4 Minggu )
1. Makanan dan minuman
2. Kegunaan makanan dan minuman
3. Macam makanan
4. Rasa makanan
5. Makanan kesukaan
6. Macam minuman
7. Rasa minuman
8. Minuman kesukaan
9. Pakaian
10. Macam macam pakaian
11. Kegunaan pakaian
12. Kebersihan
13. Kebersihan diri (mandi)
14. Kebersihan lingkungan
15. Kesehatan
16. Guna kesehatan
17. Rajin gosok gigi
18. Keamanan
19. Macam benda tajam
20. Tidak bermain benda tajam
TEMA : BINATANG ( 3 Minggu )
1. Nama binatang
2. Macam binatang
3. Ciri ciri binatang
4. Perkembangbiakan binatang
5. Binatang peliharaan
6. Binatang buas
7. Binatang berkaki empat
8. Binatang berkaki dua
9. Tempat tinggal binatang
10. Binatang darat
11. Binatang air
12. Binatang terbang
13. Makanan binatang
14. Bahaya binatang
15. serangga
TEMA : TANAMAN ( 3 Minggu )
1. Jenis jenis tanaman
2. Tanaman besar
3. Tamanan kecil
4. Cara perkembangbiakannya
5. Tanaman tumbuh dengan biji
6. Tanaman tumbuh dengan serbuk
7. Tanaman air
8. Tanaman darat
9. Tanaman merambat
10. Bentuk daun
11. Warna daun yang layu
12. Warna daun yang segar
13. Tanaman yg ada di rumah
14. Tamanan yang ada di sekolah
15. Kegunaan tamanan

Jenis Dan Alat Permainan Batita


* Usia 1-2 *
1. Mengenal Warna
Jika pada usia bayi kita memperkenalkan warna untuk merangsang indera penglihatannya, pada usia 1 - 1,5 tahun, kita sudah bisa mengajarkan jenis warna itu sendiri. "Ini merah, ini biru, yang itu hijau."
Perkenalkan satu per satu agar ia tak bingung. Bila ia sudah paham satu warna, baru ajarkan warna lain. Caranya, ujilah ia untuk mengambilkan apel merah di meja makan atau baju warna merah. Kalau ia mengambil dengan benar, berarti sudah saatnya ia diajarkan warna lain. Lebih baik, perkenalkan ia pada warna-warna dasar terlebih dahulu.
2. Membedakan Suara
Permainan membedakan suara juga bisa dilakukan anak usia 1 - 1,5 tahun. Rekam atau tiru berbagai suara binatang dan benda-benda di sekeliling. Minta anak menebak suara dari rekaman tadi. Ini amat baik untuk melatih aspek kognisi anak.
Bisa pula minta mereka membedakan suara dengan cara memukulkan sendok ke kaleng lalu ke gelas. Atau gunakan tepukan tangan. Misalnya bunyi 2 tepukan dan 3 tepukan. Nah, ia akan belajar membedakan suara.
3. Mengenal Alam
Si kecil juga sebaiknya dikenalkan dengan alam. Mengenal binatang asli di kebun binatang, daun-daun sungguhan, dan lainnya. Pengalaman dan pengetahuannya pun akan bertambah kaya.
4. Bermain Pasir
Jika rumah berada dekat pantai, bisa dilakukan di pantai. Jika tidak, sediakan gunungan kecil pasir, taruh di bak plastik atau kotak kayu yang dibuat khusus untuk itu. Anak usia 1,5 tahun umumnya suka main pasir, sama halnya jika mereka main air.
5. Bermain Jari
Di usia 1,5 tahun, si kecil bisa dilatih keterampilan memainkan jarinya. Dengan cara ini, motorik anak akan terlatih. Gambari ibu jarinya dengan wajah orang dan minta ia bermain peran (macam sandiwara boneka). Ini sekaligus melatih bahasanya. Bisa pula dengan bantuan boneka tangan. Imajinasi anak pun akan berkembang.
6. Bermain Kepingan Gambar
Puzzle atau kepingan gambar sederhana (yang terdiri dari beberapa keping saja) amat cocok untuk anak usia 1-2 tahun. Pilih keping gambar yang berdesain sederhana dan berwarna-warni cerah. Manfaatnya, selain melatih motorik halus anak, juga sekaligus melatih kognisinya. Sedangkan untuk anak usia 3 tahun, beri puzzle yang lebih kompleks.
Puzzle tidak mesti dibeli di toko. Orang tua pun bisa membuatnya sendiri. Ambil gambar warna-warni dari majalah, gunting menjadi beberapa bagian, tempel potongan gambar di atas karton. Murah tapi sarat manfaat, bukan?
7. Meronce
Di usia 1,5 - 2 tahun, si kecil juga sudah bisa diajarkan meronce. Gunakan benang besar (benang kasur atau benang wol besar). Benda yang dironce bisa berupa kelosan benang yang diberi warna atau manik-manik aneka warna. Selanjutnya minta si kecil merangkai kelosan tersebut berdasarkan urutan warna yang dikehendaki.
Saat ia memasukkan benang ke dalam kelosan dan menyusunnya berdasar urutan warna, sebetulnya ia tengah dilatih menggunakan motorik halusnya sekaligus daya pikirnya.
9. Mengenal Aneka Benda
Mengenalkan macam-macam benda, entah itu binatang atau peralatan rumah, juga bisa menambah perbendaharaan kata si kecil. Misalnya dengan cara melihat-lihat gambar di buku. Buku juga bisa disusun dengan cara ditumpuk seperti menyusun balok-balok atau membentuk terowongan.
10. Bermain Lego & Balok
Lego atau balok juga bisa diperkenalkan pada mereka. Mungkin mereka hanya akan menyusun ke atas, ke samping, atau melempar-lempar saja. Tapi tak apa. Di usia ini, anak memang sedang senang-senangnya bermain kasar. Misalnya sudah disusun tinggi, dirobohkan kembali. Buat mereka, hal itu amat menyenangkan. Sebetulnya, dari situ pula anak belajar, bahwa jika benda bersusun dijatuhkan, yang tadinya berada di atas sekarang menjadi terpencar.
11. Mainan Tentang Sebab-Akibat
Sediakan baskom dan corong plastik atau gayung berlubang. Selanjutnya isi corong tersebut dengan air atau pasir bersih. Anak akan belajar bagaimana benda itu dikosongkan dan diisi, bagaimana benda itu mengalir ke bawah. Selain itu juga bisa digunakan benda-benda plastik yang bisa mengapung ke air atau dikempiskan, bagaimana memutar atau menekan tombol, dan lainnya.
12. Mainan Perangsang Kreativitas
Krayon, menempel, lilin malam, tanah liat, bahan untuk membuat kolase, play daugh, bisa diperkenalkan pada usia ini. Tentu saja jangan harap ia menciptakan karya seni hebat. Yang penting, daya imajinasinya berkembang sekaligus melatih motorik halusnya.
13. Pengembangan Motorik Kasar
Main bola, sepeda roda tiga, perosotan, ayunan, luncuran, memanjat, meniti, bergulingan, dan sebagainya juga amat baik. Anak tak harus melulu dilatih perkembangan motorik halus dan kognitifnya. Motorik kasarnya juga perlu dikembangkan.
* Usia 2-3 *
Menurut Mayke, jenis mainan untuk anak usia 1-2 tahun dengan 2-3 tahun hampir sama. Perbedaannya hanya untuk beberapa mainan saja. Misalnya, puzzle tentunya harus lebih kompleks, buku cerita dengan cerita yang lebih panjang, dan lainnya.
Ia juga sudah bisa mulai diajarkan konsep matematika dasar. Mengenal jumlah, konsep besar dan kecil, konsep bentuk (segi tiga, segi empat, lingkaran).
Untuk bermain khayal juga sudah lebih maju. Miniatur alat-alat rumah tangga (meja, kursi, telepon, mobil, rumah, peralatan dapur) bisa dipakai sebagai sarana bermain khayal. Orang tua sebaiknya ikut berperan dalam permainan ini. Ajak si kecil bermain perang-perangan atau berperan jadi tuan rumah dan tamu. Bagaimana bermain menyuguhkan makanan untuk tamu, dan seterusnya. "Dengan ikut bermain bersama anak, kedekatan emosional antara si orang tua dan anak akan semakin erat."

24 Agustus 2009

Salahkah metode flashcard ?

Memberikan stimulasi kepada bayi atau anak dengan metode flash card saat ini sering dipraktekkan. Di kalangan para ahli psikologi dan perkembangan anak, memberi stimulasi dengan metode flash card ini mengundang pro dan kontra.
Ada yang menilai metode ini baik selama sifatnya tidak memaksa dan disesuaikan dengan tahapan. Namun ada pula yang berpendapat stimulasi dengan cara flash card bukanlah stimulasi alami seperti halnya aktivitas bermain pada anak.
Salah satu ahli yang menentang metode stimulasi flash card adalah Psikolog dan Playtherapist dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si. Dalam pandangannya, mengajarkan anak dengan flash card termasuk kategori overstimulation atau stimulasi yang berlebihan. "Tidak benar menyuruh bayi belajar, misalnya dengan flash card karena ini adalah overstimulation. Seorang pakar bermain Brian Sutton-Smith menegaskan ini sudah termasuk cognitive child labor atau secara kognitif anak sudah dipekerjakan terlalu keras," ungkap Mayke di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut pendapat Mayke, ketika orang tua menyodorkan flash card berarti anak harus diam dan diminta memperhatikan sehingga anak sudah dituntut untuk belajar. "Di sana yang lebih ditekankan adalah faktor kognitifnya. Padahal di usia awal pertumbuhan yang harus dikembangkan adalah senses-nya (sensomotorik), bukan memori. Artinya, bukan melatih memori secara khusus dengan diperlihatkan flash card. Itu sudah termasuk belajar yang sepertinya ada target yang ingin dicapai. Jadi sudah bukan bermain lagi," ungkapnya.
Mayke mengakui bahwa dengan pemberian metode flash card yang sifatnya singkat-singkat, mungkin anak akan cepat menangkap, mengingat dan mempelajarinya. Ada banyak penelitian yang mendukung maupun yang menentang metode ini. "Tentu penelitian itu ada yang pro dan kontra. Ada yang mengatakan itu bagus. Tetapi kontra juga sudah mengatakan bukti-bukti bahwa itu tidak baik bagi perkembangan anak karena masa anak adalah masa bermain di mana mereka tak bisa dituntut untuk diam dan belajar dengan suatu materi," tegasnya.
Mayke juga menilai dengan metode flash card hanyalah membantu percepatan kemampuan untuk sementara, dan yang dikhawatirkan justru anak akan jenuh sebelum waktunya. "Dari hasil penelitian menunjukkan, rangsangan terlalu dini yang sifatnya overstimulation ketika anak sudah bisa membaca hanya merupakan percepatan yang bersifat sementara. Tetapi saat mereka sudah menginjak kelas 4 SD dan prestasinya dibandingkan, tidak ada perbedaan yang signifkan," terangnya.
Bukti penelitian yang kontra dengan metode flash card tersebut, kata Mayke, salah satunya adalah yang dimuat film berjudul Smart Babies dari Discovery Health Channel. "Di situ, apa dikemukakan Glenn Doman dimentahkan, melalui penelitian psikologis. Para ahli yang dilibatkan dalam riset itu adalah psikiater, ahli neurologi, psikolog anak, pendidik anak," paparnya.
Yang juga dikhawatirkan, kata Mayke, bila orang tuanya ambisius, mereka menginginkan target tertentu. "Ketika anaknya diajarkan, lalu mereka frustasi, nah itu bahayanya. Metode ini juga dapat memancing orang tua untuk membenarkan bahwa sejak bayi anak harus belajar" ujarnya.
Yang lebih baik, lanjut Mayke, anak diberikan metode dengan apa yang mereka alami secara faktual bukan melalui gambar. "Flash card hanya gambar, gambar yang tidak faktual. Lebih baik mereka belajar misalnya apa itu bola dengan cara memagang dan memainkannya. Karena yang penting dalam tahap ini adalah sensomotor, semua indera perlu dirangsang, Jadi anak tidak hanya belajar dengan melihat dan mengingat kartu-kartu itu," ujarnya.
Ia menekankan kembali bahwa pada usia batita yang perlu dirangsang adalah sensomotoriknya karena kemampuan berpikirnya masih pra-operasional sehingga yang harus diberikan adalah sesuatu yang konkret, nyata, dialami, dirasakan. Akan lebih baik bila anak-anak atau bayi diterjunkan langsung dengan pengalamannya.
Kalaupun mau memperkenalkan gambar kepada anak, lanjut Mayke, orang tua mungkin dapat melakukannya dengan cara menghubungkannya langsung dengan sesuatu yang nyata. "Pada anak usia setahun misalnya sambil dipangku, kita perlihatkan gambar mobil lalu lihat juga mobil ayah seperti apa. Jadi related to something very completely real," ujarnya.
Sumber : kompas.com

23 Agustus 2009

Pendidikan Watak Lewat Pembiasaan


Bagaimana seorang anak bisa jadi pribadi berwatak, yang secara
naluriah menjalankan kebaikan dan menampik keburukan? Perlukah anak diberi pendidikan budi luhur di sekolah untuk menjadi pribadi
berintegritas moral tinggi?
Tidak perlu. Itulah jawaban yang bisa dipetik dari buku terbaru Franz Magnis-Suseno berjudul "Menjadi Manusia, Belajar dari Aristoteles".
Menurut Magnis, yang lebih diperlukan untuk menghasilkan pribadi yang beretika adalah pembiasaan. Tapi Magnis memngingatkan orangtua bahwa dalam mempraktikkan pembiasaan itu, anak tak perlu dipaksa-paksa.
"Anak tak perlu dipaksa berlaku etis, tapi dibantu agar mereka merasa gembira saat berbuat baik dan sedih saat berbuat buruk," kata Magnis.
Inilah tragedi zaman yang penuh kelimbahan material bagi sebagian
orang: di sekolah anak-anak diajari berbagai keutamaan hidup, menghormati orang lain, berlaku hemat, tapi di rumah mereka dibiarkan menyuruh pembantu rumah semau "gue", menyantap makanan berlebih dan membuangnya saat tak sanggup menghabiskannya.
Hegemoni kapitalisme memang tak bersahabat dengan keutamaan etis: pola hidup ugahari sudah terasa kuno. Yang dipeluk banyak orang adalah membeli dan membeli. Berbelanja berlebih disahkan bahkan didorong-dorong untuk menghidupkan pertumbuhan ekonomi.
Orang kecil yang menjadi pelayan di mal-mal akan ikut "sekarat" jika orang berduit tidak membeli lagi perkakas rumahnya yang sebetulnya masih mencukupi. Para pelayan dan satpam rumah-rumah makan mewah tak akan dapat upah jika semua orang berpola hidup ugahari dengan memasak sendiri makanan mereka.
Di zaman ini, ada nilai etisnya sendiri jika seseorang memanjakan
perutnya dengan sekali makan bisa menghabiskan Rp300.000,- misalnya. Atau, jika seseorang meneguk anggur merah berkualitas seharga Rp200.000,- segelas, orang itu menghidupkan mata rantai ekonomi yang mendatangkan nafkah bari banyak kaum pas-pasan.
Lantas bagaimana memecahkan perkara pola hidup ugahari bagi pendidikan watak anak-anak? Buku Magnis ini tak memberi jawab. Magnis cuma mengingatkan orangtua bahwa anak-anak tak perlu dikuliahi untuk berbuat baik tapi cukup diajak berlaku etis.
Buku ini cukup simpel dalam menemukan ukuran apakah seorang bisa
dianggap berhasil atau gagal di bidang perilaku etik. Orang itu bisa
disebut bermoral atau tak bermoral bergantung pada situasi batin tatkala berbuat baik atau jelek.
Kalau dia senang berbuat jelek dan berat hati berbuat baik, dia dimasukkan dalam kategori gagal moral. Sebaliknya, sukses moral terjadi ketika seseorang bahagia berbuat baik dan sedih berbuat jelek.
Agaknya, kategori itu bisa dijadikan pegangan untuk mendidik moral anak. "Reality show" yang banyak ditayangkan teve belakangan ini juga langsung atau tak langsung dapat membantu mengarahkan pemirsanya untuk merasakan bahwa berbuat etis itu membahagiakan.
Tentu saja, tayangan itu tak memadai untuk membangun watak etis
anak-anak. Anak perlu pembiasaan. Bukan sekadar membiasakan menonton orang berbuat luhur seperti di "reality show" itu.
Yang hendak dikatakan oleh Magnis adalah: membiasakan anak berlaku etis akan sampai pada pendidikan terpenting bahwa anak-anak dituntun untuk menjadi bahagia karena berlaku etis.
Kebahagiaan, kata Magnis yang mendasarkan uraiannya pada pikiran
Aristoteles, tak bisa dicari dengan memburu yang nikmat dan menghindari yang menyakitkan.
Kebahagiaan tak bisa diburu secara langsung. Kebahagiaan itu akibat dari tindakan, perbuatan nyata. Jika dikejar secara langsung. Kebahagiaan bisa mengelak.
Rupanya anak perlu sejak dini diajak merasakan beda antara nikmat dan bahagia. Anak perlu dibiasakan untuk merasakan nikmat luhur, yang artinya adalah nikmat yang didapat dari berbuat kebaikan. Tapi perlu ditunjukkan bahwa ada nikmat keji seperti nikmat yang diperoleh dengan mengadu jago, jengkerik, domba, mengurung burung dalam sangkar.
Beda dengan nikmat yang bisa dirasakan saat perbuatan itu dilakukan, bahagia itu lebih belakangan dan tak menghentak datangnya. Orang yang bahagia bisa merupakan pribadi apapun.
Tapi orang yang sedang menikmati tari perut, misalnya, hanya dirasakan oleh orang yang bisa mengakses hiburan asal kultur Mesir itu.
Bahagia bisa diakses oleh sufi miskin yang sebagian besar waktunya dihabiskan dengan zikir di rumah Allah, atau si zuhud yang tak kuasa menahan rindu bertemu kerajaan-Nya.
Kaum Trappist, yang menunya dari hari ke hari hanya kacang-kacangan, dan tak pernah mereguk sorga duniawi, pun merasa bahagia bahkan merasa heran bahwa ada pemburu kebahagiaan lewat kenikmatan duniawi.
Kompas - Sabtu, Agustus 22

21 Agustus 2009

Kepompong Dan Kupu kupu


Ada seorang anak tengah asyik mengamati sebuah kepompong yang tergantung di ranting pohon jeruknya. Dia melihat di dalamnya ada seekor kupu-kupu tengah ber-juang keluar melalui sebuah lubang kecil. Sedari tadi, tetapi selalu gagal. Kelihatannya kupu-kupu telah berusaha semampunya, namun dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Anak ini berkata dalam hatinya, “Kasihan sekali kupu-kupu itu. Mungkin dia membutuhkan pertolonganku.” Dia segera mengambil sebilah gunting. “Hai kawan, lihat nih, aku datang untuk membantumu!”, serunya riang.

Segera saja ia gunting lobang kepompong menjadi lebih lebar. Kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya.

Nah, muncullah masalah. Kupu-kupu bukannya terbang, malahan jatuh ke tanah. Tubuhnya nampak masih sangat gembung. Sementara sayap-sayapnya justru kecil mengkerut. Anak ini berharap, sebentar lagi sayap kupu-kupu akan mekar, hingga mampu menopang tubuhnya untuk terbang”.

Namun semuanya tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak dan merangkak. Kupu-kupu tidak pernah bisa terbang.

Anak kecil itu kini menyesal. Tetapi, dengan cerdas dia memahami hikmah peristiwa itu. Ia berkata, “Ya Allah, ampunilah aku. Kini aku tahu, Engkau sengaja menciptakan lubang kecil pada kepompong, agar kupu-kupu terus berjuang keluar. Maha besar Engkau ya Allah, kupu-kupu itu memang membutuhkan perjuangan agar badannya terus bergerak, hingga cairan di tubuhnya akan mengalir dan memasuki otot-otot sayapnya. Pada saatnya nanti, ketika sayap-sayapnya kuat, dia akan siap terbang begitu bebas dari kepompong tersebut”.

“Ya Allah, aku sekarang paham, mengapa selalu ada persoalan dalam hidup kami sehari-hari. Yakni agar kami berjuang dan bekerja keras. Dengan begitu, kami akan memperoleh kemampuan terbang ke puncak kesuksesan. Kami memerlukan hambatan dan perjuangan. Tanpa itu, hidup kami akan lumpuh, dan tidak akan pernah bisa terbang. Terima kasih ya Allah”