21 Agustus 2009

Kepompong Dan Kupu kupu


Ada seorang anak tengah asyik mengamati sebuah kepompong yang tergantung di ranting pohon jeruknya. Dia melihat di dalamnya ada seekor kupu-kupu tengah ber-juang keluar melalui sebuah lubang kecil. Sedari tadi, tetapi selalu gagal. Kelihatannya kupu-kupu telah berusaha semampunya, namun dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Anak ini berkata dalam hatinya, “Kasihan sekali kupu-kupu itu. Mungkin dia membutuhkan pertolonganku.” Dia segera mengambil sebilah gunting. “Hai kawan, lihat nih, aku datang untuk membantumu!”, serunya riang.

Segera saja ia gunting lobang kepompong menjadi lebih lebar. Kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya.

Nah, muncullah masalah. Kupu-kupu bukannya terbang, malahan jatuh ke tanah. Tubuhnya nampak masih sangat gembung. Sementara sayap-sayapnya justru kecil mengkerut. Anak ini berharap, sebentar lagi sayap kupu-kupu akan mekar, hingga mampu menopang tubuhnya untuk terbang”.

Namun semuanya tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak dan merangkak. Kupu-kupu tidak pernah bisa terbang.

Anak kecil itu kini menyesal. Tetapi, dengan cerdas dia memahami hikmah peristiwa itu. Ia berkata, “Ya Allah, ampunilah aku. Kini aku tahu, Engkau sengaja menciptakan lubang kecil pada kepompong, agar kupu-kupu terus berjuang keluar. Maha besar Engkau ya Allah, kupu-kupu itu memang membutuhkan perjuangan agar badannya terus bergerak, hingga cairan di tubuhnya akan mengalir dan memasuki otot-otot sayapnya. Pada saatnya nanti, ketika sayap-sayapnya kuat, dia akan siap terbang begitu bebas dari kepompong tersebut”.

“Ya Allah, aku sekarang paham, mengapa selalu ada persoalan dalam hidup kami sehari-hari. Yakni agar kami berjuang dan bekerja keras. Dengan begitu, kami akan memperoleh kemampuan terbang ke puncak kesuksesan. Kami memerlukan hambatan dan perjuangan. Tanpa itu, hidup kami akan lumpuh, dan tidak akan pernah bisa terbang. Terima kasih ya Allah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar