20 November 2009

kesulitan belajar "mengeja"

Mengeja merupakan kemampuan yang mempengaruhi dua hal, yaitu kemampuan menulis dan kemampuan membaca

· Membaca merupakan suatu proses untuk mengerti apa yang diperoleh si pembaca melalui petunjuk yang ditunjukkan oleh stimulus visual

· Sedangkan mengeja merupakan proses encoding (mengubah bahasa kedalam kata-kata atau simbol) dan tanpa memberikan siswa petunjuk yang berbentuk visual

· Jika seseorang memiliki kelemahan dalam melakukan proses decoding (pemahaman kata) dalam membaca maka siswa akan merasa kesulitan dalam mengeja

· Menulis (tulisan tangan) juga sangat memiliki pengaruh dalam written expression (ekspresi tertulis). Seseorang yang memiliki kelemahan dalam menulis akan memiliki gangguan dalam mengeja

· Pentingnya menulis dan mengeja, tidak dapat di pungkiri karena kedua hal tersebut sangat mendukung kemampuan siswa, dan merupakan dasar dari kesuksesan penampilan

· Meskipun ada hubungan yang signifikan antara menulis dan mengeja, tidak baik untuk menyimpulkan bahwa penulisan yang baik dapat memberi atau menyebabkan pengejaan menjadi baik pula

Spelling (mengeja)

Sangat penting bagi siswa untuk belajar mengeja kata dengan baik dan benar, untuk itu terdapat 5 alasan pentingnya mengeja :

· Mengeja merupakan keperluan sosial. Ada suatu kebiasaan dalam masyarakat, bahwa cara seseorang mengeja apa yang ditulisnya dapat menentukan atau melihat status sosial orang tersebut. Orang yang memiliki pengejaan yang baik dapat diasosiasikan bahwa Ia adalah orang yanng berpendidikan

· Pengeja yang buruk dapat menghambat ekspresinya dalam menyampaikan ide dan pendapatnya, karena mereke menghindari penggunaan kata-kata yang mereka mengerti, namun sulit untuk di ejakan

· Pengeja yang buruk banyak membuang waktu guru maupun siswa itu sendiri

· Siswa atau seseorang yang mengerti cara mengeja kata, lebih mudah untuk mencari letaknya dalam kamus

· Pengeja yang buruk menambah pelik usaha siswa dalam berkomunikasi melalui tulisan

Pengejaan yang baik merupakan kemampuan mekanis, yang bila tidak dilatih dan digunakan, maka akan mempengaruhi kemampuan mekanis lainnya.

Spelling Subskills

Terdapat 5 komponen besar dari kemampuan mengeja subskill spelling, ke 5 komponen ini yang merefleksikan tabel kurikulum:

· Readiness (Kesiapan)

· Basic words (Kata-kata dasar) : terdiri dari frekuensi penggunaan yang tinggi terkait dengan kelas dari kata tersebut

· Auditory recognition (Fonem) :sangat berkaitan dengan membaca, tetapi satu langkah dibawah aktualisasi dari kalimat yang ditunjukkan melalui fonem

· Graphemes

· Struktur analisis

Readiness Skill

Merupakan kemampuan yang penting dalam mengembangkan sikap anak untuk mampu menerima, memulai dan memberikan kepuasan dalam pembentukan spelling instruction.

5 tingkat perkembangan mengeja siswa (Henderson) :

· Preliterate word knowledge

Anak memulai pengetahuannya tentang apa kata itu….

· Letter name – spelling alphabetic

Anak mulai mengeja tiap kata

· Word pattern

Melakukan pengejaan dengan menggunakan struktur kata yang baik dan benar, sehingga dieja dengan nada yang baik

· Syllable

Menggunakan kata dengan intensitas sering

· Derivation principle

Tahap penggunaannya dalam sistem berbahasa, dengan pengejaan sesuai kaidah

Graphemes

Merupakan penggambaran dari dari fonem. Graphemes ini termasuk konsonan tunggal, pelafalan, dua dan tiga huruf, macam-macam konsonan.

Struktur analisis

Dalam struktur analisa terdapat perubahan akhiran, penekanan, pelembutan pada akhiran, awalan dan format kata.

Handwriting

- Kualitas tulisan tangan seseorang dapat dilihat dalam kegiatan menulis

- Tulisan sangat penting karena setiap hari digunakan dalam aktivitas. Contoh : kasus dikembalikannya cek, surat yang tidak sampai pada tujuannya

- Siswa sangat sulit untuk menulis dengan jelas, karena siswa tidak pernah diajarkan untuk menulis dengan baik

- Menulis dianggap sebagai kegagalan utama yang dilakukan oleh guru dalam program pengajarannya

Handwriting Subskills

- Manuscript

- Cursive

- Readiness

Readiness

Kesiapan sangat penting dalam memulai untuk menulis. Terlihat ada 6 aspek yang mempengaruhi kemampuan menulis :

- koordinasi antara mata dan tangan

- perkembangan otot pada tangan

- cara menggenggam alat tulis

- cara menggoreskan ke permukaan

- pemahaman huruf

- orientasi dalam menulis bahasa

6 dasar dari menorehkan tulisan dapat terbagi :

· garis horisontal

· garis vertikal

· lingkaran dari belakang

· lingkaran dari depan

· garis torehan kiri dan kanan

PROSEDUR ASSESSMEN

Mengetahui kurikulum dalam kemampuan pengejaan dan menulis pada murid dirasa sanagat penting dalam melihat keakuratan akan kemampuan mereka. Informasi yang diperoleh dari sum ber ini dapat dijadikan persiapan akan pengembangan kemampuan murid dalam bidang ini, mengeja dan menulis.

Analisis Kurikulum

Kurikulum mengeja dan menulis yang menunjang keberhasilan siswa di dalam kelas, harus dicantumkan dalam bagian sub-kemampuan dan tugas. Pencantuman ini dapat dijadikan sebagai acuan akan kebutuhan terhadap kemampuan mengeja dan membaca siswa. Walaupun kemampuan menulis dan mengeja sudah diajarkan dari TK hingga SD kelas 6 namun materi yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan, umur, tingkatan kelas dari siswa tersebut.

Sangatlah penting untuk mengetahui apa yang diperlukan dan apa yang tersedia bagi siswa-siswa tertentu dalam kemampuan mengeja dan menulis. Setelah melakukan survey, guru diminta untuk menrancang hasil agar siswa dapat menguasai kemampuan tersebut sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Menyusun kurikulum pada kemampuan mengeja dan menulis saja, melainkan pada tahap assessmen.

Assessmen Siswa tidak Langsung

Selain melakukan Assessmen secara langsung, kita juga akan mendapatkan tidak berhenti pada tahap survey informasi yang berharga dengan menggunakan assessmen tidak langsung. Menganalisa data yang relevan dari sumber yang tidak dapat diamati secara langsung, atau tidak dapat dilakukan assessmen secara langsung, dapat memberikan informasi yang kemudian disusun menjadi hipotesis diagnosa. Dari hasil perakapan, guru dapat mengindikasi yang dirasa sulit bagi para siswa. Memperhatikan contoh dari hasil perkerjaan harian siswa (dalam kemampuan mengeja dan membaca) dapat memberikan petunjuk mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam hal ini.

Pandangan Guru

Dari lembar pengisian kurikulum, guru dapat mengindikasi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa.

Data yang Tersedia

Data-data yang tersedia, rapor sekolah, hasil tes terbaru, catatan guru, dan hasil survei guru, sangatlah berharga karena semuanya dapat mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Contohnya nilai mingguan dalam mengeja dapat menunjukan kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam mengeja daik secara lisan maupun secara tertulis.

Penyusunan dan mengelompokan informasi yang diperoleh dapat dibuat menjadi valid melalui assessmen secara langsung.

Assessmen siswa secara langsung

Assessmen langsung, terdiri dari tiga tugas utama :

Melakukan pengamatan pada siswa didalam kelas

Memimpin wawancara siswa

Mengadministrasikan tes kepribadian, dan menginterpretasikannya

Sebelum memulai assessmen secara langsung, diagnosticians (orang yang melakukan diagnostik) dapat mengisi waktu untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data yang dikumpulkan melalui assessmen tidak langsung, sehingga dapat digunakan untuk membuat formula diagnosanya, menentukan assessmen utama, dan melakukan pengembangan rencana assessmen yang akan dilakukan.

Prosedur Persiapan

Informasi dikumpulkan melalui cara-cara informal, contoh anlisis kerja, wawancara guru, dan analisis kesalahan yang akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis diagnostiknya untuk melakukan penetapan pada proses assessmen. Melakukan analisis kesalahan pada pengambilan contoh analisis kerja harian dari ejaan dan tulisan tangan siswa dengan menyediakan kertas petunjuk dan focus untuk assessmen langsung.

Penelitian oleh Fuchs, Hamlett dan Allinder (1991), menekankan pentingnya analisis siswa, respon ejaan untuk mengembangkan instruksional program yang lebih baik. Untuk mengadakan analisis kesalahan pada ejaan, sangat membantu untuk dapat mengetahui jenis kesalahan apa yang paling sering ditimbulkan oleh siswa.

Menurut Edgington (1967), Miller (1990), Norton (1989), Polloway and Smith (1982), Spache (1941), dan Tindal and Marston (1990), terdapat beberapa kesalahan pengejaan yang sering ditemukan pada ejaan siswa. Kesalahan ejaan yang biasa muncul ditunjukkan pada tabel :

No.

Kesalahan ejaan

Dihilangkannya huruf yang tidak dibunyikan

1.

Dihilangkannya huruf yang dibunyikan

Dihilangkannya huruf yang ganda

3.

Ditambahkannya sebuah huruf

Mengubah urutan huruf dan membalikannya

5.

Penggantian fonetis pelafalan

6.

Penggantian fonetis huruf vokal

7.

Melengkapi penggantian fonetis suku kata

8.

Melengkapi penggantian fonetis kata

9.

Mengganti pelafalan nonfonetis

10.

Penggantian konsonan nonfonetis

11.

Kesalahan ejaan siswa dapat dianalisa berdasarkan jenisnya, Gable and Hendrickson (1990), merekomendasikan sebuah pendekatan untuk mengkategorikan kesalahan dalam ejaan :

Suku kata

Kelompok bunyi

Penempatan huruf

Urutan huruf

Penggunaan salah satu dari pendekatan tersebut merekomendasikan untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat menetapkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengeja yang lemah. Deno, Wirkin, and Wesson (1984) dan Tindal and Marson (1990) merekomendasikan penganalisaan kesalahan megeja pada seorang siswa dengan menggunakan metode “urutan huruf” yang mungkin lebih peka untuk pertumbuhan siswa. Deskripsi yang jelas dalam penggunaan pendekatan tersebut ditetapkan oleh Gable and Hendrickson (1990) dan Tindal and Marston (1990).

Stowitscheck and Stowitscheck (1990) memiliki matrik pengembangan analisa kesalahan tulisan tangan untuk membantu guru dalam mengidentifikasi atribut formasi huruf dan mengkomunikasikan analisa huruf kepada siswa mereka. Pada matriks mereka terdapat dari 11 masalah tulisan tangan (huruf terlalu besar, huruf terlalu kecil, huruf terlalu rapat). Dalam penambahan unuk melihat kesalahan-kesalahan pada pengelompokan huruf, penulis menganjurkan sebuah prosedur perbaikan untuk membantu siswa menganalisa kesalahan dalam tulisan tangan mereka sendiri. Hal yang penting untuk memulai assessmen langsung adalah menempatkan semua sintesis informasi untuk mengidentifikasi elemen yang bermasalah. Data, kesesuaian dengan penampilan tulisan tangan dan mengeja siswa, akan digunakan dalam pengembangan hipotesis diagnostik.

Hipotesis Diagnostik

Pendugaan, merupakan tujuan utama guru, tersampaikan melalui survei yang dilakukan oleh guru, menunjukkan prestasi Jerry yang selalu rendah pada beberapa minggu dalam tes mengeja. Dalam catatannya pun, tulisan tangannya tidak dapat terbaca. Dari contoh analisis kerja dalam mengeja, Anda mencatat banyaknya kesalahan yang terlihat karena disebabkan oleh rendahnya penguasaan terhaap huruf. Walaupun ejaan merupakan fokus utama, dari contoh analisis kerja Anda, Anda dapat menyusun hipotesis berdasarkan urutan prioritas tugas assessmen, yang utama adalah tulisan tangan, dan cara pengejaan merupakan urutan ke dua.

Assessmen tidak langsung dari hasil tulisan tangan mengizinkan klasifikasi kesalahan pada penjajaran hubungan, kemiringan, dan kualitas garis. Gambar pada halaman 283 merupakan contoh tulisan tangan Christie (7thn). Pemberitahuan tidak berpengaruh apa-apa pada tulisannya, kekurangan pada kemiringan dan formasi huruf yang salah. Analisa hasil tulisan tangan siswa menyampaikan tujuan utama dari hipotesis diagnostik untuk menyelesaikan assessmen langsung. Kedudukan hipotesis ini merupakan urutan yang penting untuk mengetahui kemajuan mengeja dan tulisan tangan siswa yang diperlukan untuk memfasilitasi perencanaan untuk assessmen langsung.

Analisa kesalahan dan pengamatan terstruksur akan memberikan petunjuk untuk membantu dalam menentukan titik yang dibutuhkan dalam assessmen langsung. Di beberapa instansi, semua itu mungkin saja penting untuk mengadakan assessmen tambahan dalam memperkuat temuan diagnostik dalam pengejaan dan tulisan tangan.

Rancangan Assessmen

Penggunaan waktu yang tepat guna dari guru dan siswa pun dibutuhkan untuk dapat mengambil putusan ketetapan saat direncanakan untuk assessmen langsung. Pengamatan di kelas untuk pengejaan akan sering terjadi selama tes ejaan berlangsung. Untuk tulisan tangan, ternyata bermanfaat untuk di amati selama perintah tulisan tangan dan di waktu lain akan mengurangi struktur tulisan. Pedoman wawancara siswa

Untuk memulai assessmen langsung pada kemampuan mengeja, rencanakan untuk menggunakan frekuensi yang tinggi dan tingkatan kata-kata yang semakin tinggi. Jika siswa dapat mengeja 50 persen atau tidak banyak yang sesuai pada tingkat yang paling tinggi, melakukan pengulangan pada level tersebut hingga siswa mampu mengeja dengan benar hingga 75 persen. Pada level ini, catat menggunakan analisa kesalahan, jenis susunan ejaan yang terlihat menjadi permasalahan pada siswa. Kevalidan hipotesis dengan mengadministrasikan tes kepada sampel untuk mengetahui pola pengejaan siswa yang manjadi permasalahan tingkatan kata yang tinggi.

Assessmen langsung pada tulisan tangan akan diawali dengan melakukan pretest. Pretest digunakan untuk memberikan sugesti pada tes personalisasi ejaan dan tulisan tangan yang terdapat pada bab ini, yang telah direkomendasikan (IIA.1 dan IIIA.1). Tes personalisasi pengejaan dan tulisan tangan disediakan sebagai contoh dan akan digunakan hanya jika mereka menyesuaikan tugas kurikuler, atau disaat guru mereka tidak memiliki waktu yang cukup atau memerlukan kemampuan untuk mengembangkan tes personalisasi siswa berdasarkan kurikulum aktual. Memilih naskah lain dari pretest kursif dasar pengetahuan Anda mengenai penempatan siswa.

Untuk siswa yang membuat transisi dari naskah menjadi kursif, kedua pretest tersebut akan diadministrasikan. Berdasarkan semua kasus yang terfokus pada tulisan tangan, dibutuhkan pengamatan langsung dari penampilan siswa. Selama pengamatan, ketelitian sangat diperlukan dalam formasi huruf, bagaimana posisi genggaman, posisi kertas, dan sikap badan.

Pengamatan Kelas

Pengamatan pada siswa harus dilakukan dikelas agar guru dapat mengindikasikan permasalahan yang muncul pada siswa yang menjadi target. Semua ini mengharuskan dilakukannya pengamatan pada kemampuan mengeja siswa selama test mengeja. Perhatian khusus harus diberikan dalam kondisi disaat siswa akan menunjukkan kemampuannya. Apakah siswa merespon waktu yang diberikan dengan baik? Apakah siswa meresponnya dengan segera? Apakah siswa telah mempersiapkan dirinya?

Pengamatan kelas sangat baik dilakukan untuk mengetahui keakuratan assessmen kesulitan menulis yang dialami siswanya. Meskipun siswa memiliki kemampuan dalam menulis huruf, “akan terlihat benar” namun dengan melakukan pengamatan yang aktual akan menemukan kesalahan susunan formasi huruf. Faktor tambahan akan berperan serta dalam keterbacaan tulisan tangan, dan mungkin tidak dapat diidentifikasi meskipun assessmen hasil penulisan siswa termasuk instrumen penulisan, bentuk, kelancaran menulis, posisi kertas saat menulis.

Mengamati siswa selama guru memberikan instruksi mengeja dan menulis akan terindikasi meskipun siswa mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru, menyelesaikan aktivitas yang menyibukkan, membuang waktu yang berharga, atau kurangnya minat terhadap tugas instruksional.

Wawancara siswa secara informal

Informasi tambahan yang berkenaan dengan variabel tersebut akan berpengaruh pada penampilan mengeja dan menulis siswa yang mungkin didapatkan melalui wawancara siswa secara informal. Pengarahan metode instruksional dalam aktivitas mengeja dan menulis yang baik mungkin akan menentukan proses wawancara yang akan dilakukan. “Mana yang lebih Anda sukai, pelajaran membaca atau pelajaran menulis?“ “Kegiatan apa yang paling sulit dalam mengeja dan menulis tangan?” “Apakah Anda sering menulis?” “Bagaimana Anda belajar mengeja kata-kata?” Disini Anda akan mencoba menemukan jika siswa memiliki strategi yang sistematis untuk belajar dan mengingat kata-kata yang tidak diketahui. Informasi yang di dapat melalui wawancara akan memberikan petunjuk tambahan diperlukannya proses verifikasi melalui assessmen langsung.

Tes

Untuk melengkapi assessmen langsung, beberapa prosedur harus dilakukan. Materi mengeja dan menulis yang digunakan di dalam kelas adalah sumber-sumber logis yang ditujukan untuk mengembangkan kesesuaian butir-butir tes. Butir-butir dari sampel tes mengeja dan menulis, pada appendiks E, yang berkaitan dengan kurikulum kelas dapat digunakan. Di beberpa instansi, butir-butir yang terpilih dari referensi kriteria instrumen lain mungkin lebih sesuai, yang dipilih untuk tugas assessmen. Faktor terpenting dalam pemilihan tugas assessmen adalah kesamaan dengan aktivitas kurikulum yang harus dilakukan siswa dalam ruang kelas.

Anjuran untuk membangun tes.

Untuk mengembangkan tes yang original yang merupakan kebutuhan dalam mengkopi cara ejaan dan tulisan siswa. Tulisan tersebut merupakan pedoman untuk guru, yang didampingi dengan buku tugas dan aktivitas kemampuan, ditambah beberapa tambahan bantuan dengan memberikan materi untuk assessmen kemampuan mengeja dan menulis. Untuk beberapa tugas spesifik dalam membaca dan menulis siswa terdapat pada kurikulum, sebuah strategi harus di desain untuk mengassess keahlian. Item tes untuk mengeja dan menulis berbanding terbalik dengan apa yang terdapat pada kurikulum. Jika sebuah daftar kurikulum yang berbeda digunakan, tugas-tugas harus dikaji ulang pada daftar tersebut. Saran ini untuk mengkonstruk tingkat penunjukkan tugas. Untuk mengassess tingkat aplikasi penugasan, minta siswa untuk menggunakan ejaan huruf untuk menulis cerita yang cerita yang terintograsi atau pilih lima huruf, kemudian minta siswa untuk mengkonstruk sebuah kalimat dengan menggunakan huruf-huruf tersebut. Untuk mengassess penggunaan strategi, minta siswa untuk mendeskripsikan. Proses yang digunakan untuk mengingat huruf secara verbal.

Mengeja : Kesiapan

Terdiri dari :

Ejaan kata dasar :

- High frequency words

- Grade level words

- Number words

- Color words

- Days of the week

- Months of the year

Mengeja : Pengenalan fonem dengan cara mendengar

- Initial consonants

- Final consonants

- Diagraphs

- Vowels

- Variant consonants

Mengeja : Graphemes

- Initial consonants

- Final consonants

- Two letter blends

- Three letter blends

- Digraphs

- Variant consonant spelling

Mengeja : huruf hidup (huruf vokal)

Vokal pendek, inisial, huruf depan dan posisi di tengah-tengah, (IVE.1).

Materi : siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang berisi huruf vokal, diantaranya pada awal dan tengah. Strategi : siswa menulis apa yang anda katakan (mendikte). Interpretasi : 100 persen akurat. Menurut Spache (1940), penggantian yang dibolehkan dalam ilmu fonetik dalam huruf hidup, vokal adalah suatu kesalahan umum yang diperlihatkan siswa.

Vokal panjang, suku kata tunggal terbuka, (IVF.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung bunyi vokal panjang pada suku kata tunggal terbuka. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menulis kata-kata tersebut. Iterpretasi : 100 persen akurat. Ejaan yang benar akan menunjukkan pemahaman siswa terhadap bunyi vokal panjang pada suku kata tunggal terbuka. Jika siswa mengalami kesulitan, ajarkan kembali bunyi vokal panjang.

CVCe Words, (IVF.2).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung pola CVCe. Strategi : Siswa menulis kata-kata berpola CVCe yang di diktekan. Interpretasi : 100 persen akurat. Siswa yang mengalami kesulitan dalam tugas ini harus mendapatkan pengajaran ulang melanjutkan generalisasi fonik : tidak membunyikan bunyi “e” pada akhir kata membuat vokal pendek menjadi panjang.

Khusus, vokal ganda yang menyatu, (IVG.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung vokal ganda yang menyatu. Strategi : Mendiktekan kata-kata, dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Kegiatan ini mungkin menjadi tugas yang sulit bagi beberapa siswa. Banyak siswa yang menghilangkan vokal yang tidak dibunyikan. Highlighting, menggunakan berbagai kata-kata sandi, atau metode lainnya yang dapat mengarahkan perhatian siswa yang mungkin dapat membantu siswa dalam penyatuan vokal ganda.

Kontrol vokal huruf-R, (IVG.2).

Materi : Menyediakan material ejaan yang sesuai dengan tingkatan kelas dalam mengeja tulisan. Mengemabngkan daftar kata-kata dimana bunyi huruf vokal dikendalikan oleh huruf “r”. Strategi : mendiktekan kata-kata, dan siswa menuliskannya. Interpretasi: 90 persen akurat. Penguasaan terhadap tugas ini adalah sebuah keutamaan yang sulit, karena memiliki perbedaan pada bunyi dan pengejaannya. Berbagai kesulitan yang dicatat harus segera di perbaiki dengan menunjukkan perbandingan visual dari kata-kata yang sulit.

Schwa, (IVG.3-.7).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas dalam mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung bunyi schwa dari tulisan yang masing-masing telah disesuaikan berdasarkan tingkatannya. Strategi : Siswa melafalkan kata-kata dan menuliskannya, mengenali bunyi schwa. Interpretasi : 80 persen akurat. Mencatat segala kesulitan yang dialami siswa dalam tugas ini dan melakukan pengajaran ulang mengenai makna dari schwa.

Variasi vokal, (IVG.8-.11).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang mengandung variasi bunyi vokal berdasarkan tingkatan tulisan yang telah disesuaikan. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Kegiatan ini merupakan tuags yang sulit bagi pengeja yang buruk. Mencatat kesulitan yang dialami siswa dan memberikan pengajaran ulang mengenai kesesuaian aturan dengan contoh .

Mengeja : Analisis Struktural

Akhiran berinfleksi, tanpa perubahan kata dasar, (VA.1).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata dimana akar kata tidak mengalami perubahan ketika ada penambahan “s” atau “es”. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Jika siswa kesulitan dengan tugas ini, ajarkan generalisasi fonik: bentuk jamak dari kata benda adalah dengan menambahkan bentuk “s” ke dalam kata benda; bagaimanapun, kata benda yang berakhiran “s, x, sh, dan ch” akan memiliki bentuk jamak dengan menambahkan “es”.

Akhiran berinfleksi, konsonan akhir ganda, (VA.2-.3).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mempersiapkan daftar kata-kata yang diakhiri konsonan ganda sebelum ada penambahan “er, ed, ing, atau est”. Strategi : Siswa menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Melakukan pengajaran kembali melanjutkan generalisasi untuk siswa yang mengalami kesulitan dengan tugas ini: konsonan akhir ganda sebelum menambahkan akhiran jika Anda hanya memiliki satu suku kata yang diakhiri dengan sebuah konsonan didahului oleh huruf vokal pendek.

Akhiran berinfleksi, drop final “e”, (VA.4).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mengembangkan daftar kata-kata yang diakhiri “e” yang dihilangkan sebelum ditambahkan akhiran. Satrategi : Mendiktekan kata-kata dan Siswa menuliskannya. Interpretasi : 90 persen akurat. Ajarkan generalisasi fonik untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam tugas ini: di akhir kata dengan “e” yang tidak dibunyikan, menghilangkan “e” sebelum ditambahkan akhiran yang diawali dengan huruf vokal. Jika akhiran diawali dengan konsonan, jangan hilangkan “e”.

Mengganti “y” menjadi “i”, (VA.5).

Materi : Siswa mengeja tulisan. Mempersiapkan daftar kata-kata dimana “y” berubah menjadi “i” sebelum ditambahkan “e”. Strategi : Siswa menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Dimana terdapat dua generalisasi fonik untuk dapat menekankan kembali jika siswa mengalami kesulitan dalam tugas ini: (1) pada setiap kata yang diakhiri “y” yang didahului oleh konsonan “y” berubah menjadi “i” sebelum ditambahkan beberapa akhiran kecuali “ing” atau “ist”; dan (2) kata-kata yang diakhiri “y” yang didahului oleh vokal, tetap “y” dan ditambahkan akhiran.

Menghilangkan akhiran, (VB.1-.4).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas mengeja. Mengemabangkan daftar kata-kata dengan menghilangkan akhiran. Strategi : Mendiktekan kata-kata dan siswa menulisaknnya. Interpretasi : 90 persen akurat. Jika empat tugas sebelumnya telah dikuasai, siswa hanya akan mengalami sedikit kesulitan dalam tugas ini.

Awalan, (VC.1-.3).

Materi : Menyesuaikan tingkatan kelas mengeja. Mempersiapkan daftar kata-kata yang memiliki awalan sesuai dengan tingkatannya. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menuliskan kata-kata yang di diktekan. Interpretasi : 90 persen akurat. Siswa yang mengalami kesulitan akan diberikan pengajaran ulang mengenai awalan yang maknanya.

Tulisan tangan : kursif

Kursif pretest (IIIA1)

Material: pena atau pensil, kertas bergaris, dan satu contoh kalimat berikut untuk disalin oleh siswa “kebanyakan anak perempuan dan anak laki-laki dapat memperbaiki ritsleting dengan cepat saat ritsleting macet”. Strategi : siswa diminta untuk membuat kalimat pada penulisan yang kursif. Interpretasi : evaluasi untuk menganalisis rangkaian alur tulisan. Penampilan siswa dapat di evaluasi melalui empat area :

- formasi huruf : mengobservasi siswa dilihat dari formasi huruf dan dilihat dan catat bentuk yang dilihat sudah benar

- alignment / proporsi

- kemiringan : semua keadaan tinggi dan rendahnya kursif huruf, seharusnya berada pada 20-30 derajat kemiringan

- jarak : untuk menetapkan penggunaan jarak, ikuti petunjuk :

a. diantara huruf-huruf

b. diantara kata-kata

c. diantara kalimat-kalimat

Basic Kursif Strokes, (IIIB.1.).

Materi : Model pada Basic Kursif Stroke dari rangkaian tulisan siswa secara umum. Strategi : Menampilkan model pada Strokes, menanyakan nama siswa., bagian dan menyalin Strokes tersebut. Interpretasi : Guru mempertimbangkan secara profesional tentang bagaimana penampilan siswa disesuaikan dengan ukuran pada tingkat umum.

Kursif , Huruf kecil i, u, t, e , s, w, r, p, (IIIC.1).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam Kursif melanjutkan huruf kecil bagaimana Anda menyebutkan huruf-huruf : i, u, t, e, s, w, r, p. Interpretasi : skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil l, b, f, h, k, (IIIC.2).

Materi : pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : l, b, f, h, k. Interpretasi : skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil a, c, o, d, g, q, (IIIC.3).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : a, c, o, d, g, q. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil g, j, q, f, y, z, p, (IIIC.4).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : g, j, q, y, z, p. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa. Ketujuh huruf tersebut adalah huruf-huruf turunan.

Kursif , Huruf kecil n, m, v, x, y, z, (IIIC.5).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : n, m, v, x, y, z. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf kecil r, b, v, w, (IIIC.6).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf kecil bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : r, b, v, w. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar O, C, D, E, A, (IIID.1).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : O, C, D, E, A. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar H, K, M, N, W, X, U, Y, Z, V, Q, (IIID.2).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : H, K, M, N, W, X, U, Y, Z, V, Q . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar I, J (IIID.3).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : I, J. Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar T, F, S, G, B, (IIID.4).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : T, F, S, G, B . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Kursif , Huruf besar P, R, L, (IIID.5).

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Memerintahkan siswa untuk menulis dalam kursif melanjutkan huruf dalam huruf besar bagaimana Anda menamakan huruf-huruf : P, R, L . Interpretasi : Skala evaluasi dari rangkaian tulisan tangan siswa.

Handwriting : D’Nealian

Manuscript / cursive Lower and Huruf besar

Materi : Pensil atau pulpen dan kertas bergaris. Strategi : Strategi serupa dengan yang diusulkan pada naskah tradisional tulisan kursif yang mungkin digunakan. Kelompok-kelompok huruf yang disajikan dalam D’Nealian manual guru, harus diikuti. Interpretasi : Evaluasi mengikuti prosedur yang spesifik untuk yiap-tiap kelompok huruf dalam manual guru. (Thurber and Jordan, 1991)

Sampel item untuk tes

Item-item tes terdiri dari subskills dan daftar tugas-tugas yang terdapat pada spelling and handwriting curriculum charts. Untuk mengassess tingkatan aplikasi, meminta siswa untuk menuliskan sebuah cerita menggunakan kata-kata yang diejanya. Untuk menggunakan strategi assessmen, mintalah siswa untuk memberikan penjelasan secara verbal tentang kata-kata yang diingatnya. Akan sangat penting jika Anda mengobservasi penampilan siswa disaat sedang diadministrasikannya handwriting test.

Tekhnik Assessmen Alternatif

Bentuk format untuk mengassess kemampuan mengeja siswa adalah dengan tes mengeja dengan mendiktekannya. Tekhnik assessmen terdiri dari oral spelling, spelling in context, dan selection responding. Kemampuan menulis akan menggunakan published handwriting scale

Alternatif Pengejaan

Oral spelling adalah salah satu alternatif yang sesuai jika Anda mencemaskan koordinasi yang baik antara motorik dan visual yang bertentangan dengan penampilan mengeja siswa. Memerintahkan siswa untuk memberikan penjelasan secara verbal tentang kata-kata misspells yang telah ditulis, hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk mendeteksi kesalahan strategi dalam mengeja.

Alternatif Penulisan

Suatu tekhnik assessmen yang menghasilkan informasi yang paling bermanfaat adalah tekhnik tiga contoh dalam tiga kondisi “typical”, “best”,dan “fastest”. Dengan cara membandingkan tiga contoh tulisan dan mencatat perbedaan yang signifikan.

Mengadministrasikan Tes

Setelah membaca ketentuan tes ini sampai selesai, ajukan pertanyaan untuk tindak-lanjut, pilih kata-kata yang salah ejaannya dan meminta siswa untuk menjelaskan secara lisan bagaimana kata telah dipelajari. Alasan menggunakan strategi ini adalah untuk membantu mengidentifikasi semua ejaan yang salah dalam strategi mengajar. Untuk melaksanakan pretest, perlu salinan kalimat yang berisi semua naskah atau huruf miring. Perhatian harus difokuskan pada barisan menulis huruf, posisi kertas, menggenggam alat tulis dan posisi tubuh.

Dokumentasi kebutuhan keterampilan siswa.

Informasi yang diperoleh langsung harus diuji kebenarannya melalui penilaian langsung. Dalam beberapa kasus, mungkin ada perbedaan yang signifikan antara dua data. Ketika situasi seperti ini muncul, penilaian secara diagnostik perlu dilakukan

Inti dari kebutuhan.

Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, ketika terjadi perbedaan dalam penilaian data, penilaian tambahan harus dilakukan dalam upaya untuk menjelaskan perbedaan. Ini mungkin memerlukan penilaian berulang-ulang dalam bidang keahlian khusus untuk memverifikasi data yang diperoleh sebelumnya. Verifikasi lebih lanjut dapat diperoleh dengan mengikuti langkah-langkah yang direkomendasikan dalam penilaian ulang, pengamatan langsung, dan percakapan sehari-hari dengan guru kelas.

1 komentar: